Laporkan Masalah

Stasiun Kereta Api Tuntang Salatiga Berdasarkan Kajian Arkeologi Sosial dan Ekonomi

LINTANG ANDAMARATI, Drs. Musadad, M.Hum.

2022 | Skripsi | S1 ARKEOLOGI

Stasiun Kereta Api Tuntang merupakan salah satu stasiun di Kabupaten Semarang yang dioperasikan untuk wilayah Salatiga dan sekitarnya mulai tahun 1873. Bangunan stasiun ini termasuk sebuah halte atau stasiun kecil yang dibangun oleh perusahaan perkeretaapian swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) pada tahun 1905. Pembangunan stasiun ini bertujuan sebagai pemenuhan kebutuhan perkebunan seperti pengangkutan hasil perkebunan wilayah pedalaman menuju Semarang sebagai kota pelabuhan sekaligus transportasi yang berfungsi menunjang kegiatan mobilitas masyarakat kolonial Belanda dan pribumi. Pada perkembangannya, saat ini Stasiun Kereta Api Tuntang digunakan sebagai jalur Kereta Wisata dengan lintas Ambarawa-Tuntang. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Tuntang dan aspek sosial ekonomi yang mempengaruhi, khususnya wilayah Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan analisis deskriptif melalui observasi lapangan mengenai bentuk arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Tuntang. Melalui data yang diperoleh antara lain keberadaan bangunan stasiun, tata ruang, emplasemen, serta hubungan lokasional stasiun dengan wilayah Salatiga disintesiskan dengan data sekunder yang diperoleh berdasarkan studi pustaka seperti buku, hasil penelitian sebelumnya, dokumen, peta, dan foto lama. Arsitektur Stasiun Kereta Api Tuntang terdiri atas bangunan utama dan bangunan pendukung seperti gudang bongkar muat, dan emplasemen rel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor antara lain faktor sosial dan ekonomi yang memiliki pengaruh terhadap arsitektur bangunan Stasiun Kereta Api Tuntang berdasarkan orientasi rel, gudang bongkar muat, dan penataan ruang pada bangunan stasiun.

Tuntang Railway Station is one of the stations in Semarang Regency operated since 1873 for the Salatiga area and its surroundings. This station was built in 1905 by the private railway company named Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). The type of its building is a small station built to fulfill plantation needs such as transportation of plantation products from inland areas to Semarang as a port city and transportation that functions to support the mobility activities of the Dutch colonial community and indigenous people. Currently, Tuntang Railway Station is used as a tourist train line with the Ambarawa-Tuntang route. This study aims to determine the architecture of the Tuntang Railway Station building and the socio-economic aspects that affect it, especially in the Salatiga area. The method used in this research is descriptive analysis through field observations regarding the architectural form of the Tuntang Railway Station building. Through the data obtained, including the existence of the station building, spatial planning, emplacements, as well as the locational linkage of the station with the Salatiga area are synthesized with secondary data obtained based on literature studies such as books, previous research results, documents, maps, and old photos. The architecture of the Tuntang Railway Station consists of the main building and supporting buildings such as loading and unloading warehouses, and rail emplacements. The results of the study indicate several factors, including social and economic factors that influenced the architecture of the Tuntang Railway Station building based on rail orientation, loading and unloading warehouses, and spatial planning in the station building.

Kata Kunci : stasiun kereta api, sosial, ekonomi, Salatiga

  1. S1-2022-428356-abstract.pdf  
  2. S1-2022-428356-bibliography.pdf  
  3. S1-2022-428356-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2022-428356-title.pdf