Konteks Sosial Budaya dan Fungsi Sastra Lisan Natuna

DESTRIYADI, Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M.Hum.

2022 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Sastra lisan adalah cerminan masyarakat kolektif. Natuna sebagai wilayah kepulauan, tidak hanya bergantung dan hidup dari kemaritiman, tetapi juga kehidupan agraris. Sastra lisan Natuna yang menjadi objek material, seperti tepung tawar, pas kapal, mantra, cerita rakyat, dan nyanyian rakyat yang masih berbentuk lisan. Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah, yaitu bagaimana konteks sosial budaya dalam sastra lisan dan apa saja fungsi sastra lisan Natuna dalam konteks sosial budaya maritim dan agraris. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan teori sastra lisan Albert B. Lord dan fungsi sastra lisan Ruth Finnegan. Proses wawancara, perekaman, dan observasi lapangan dilakukan di beberapa kecamatan, seperti Bunguran Timur, Midai, Pulau Tiga Barat, Bunguran Timur Laut Hasil penelitian ini menunjukkan bagian maritim, hubungan manusia dengan tuhan fungsi-fungsinya adalah harapan keberkahan saat turun ke laut, pengingat untuk saling menjaga sesama nelayan, amalan untuk mendatangkan ikan. Hubungan manusia dengan masyarakat, yaitu nilai tolong-menolong pada saat pelayaran dan anjuran untuk silaturahmi antarsesama masyarakat pesisir. Hubungan manusia dengan alam, yaitu cerminan rajin turun mengail, cerminan nilai hidup berkecukupan dari hasil tangkapan, dan cerminan kemampuan nelayan menangkap ikan. Fungsi sastra lisan yang berkaitan dengan sosial budaya agraris Natuna, hubungan manusia dengan tuhan, yaitu anjuran membangun masjid sebagai tempat berdagang dan pelindung diri saat berkebun. Hubungan manusia dengan masyarakat, yaitu pengingat janji berjualan hasil kebun, penangkal bala saat bercocok tanam, dan tunjuk ajar kerja sama mengolah hasil kebun dan ternak. Hubungan manusia dengan alam, yaitu pengharapan kesuburan untuk hasil panen dan ajaran bertahan hidup. Terdapat 15 fungsi, maritim 8 fungsi dan agraris 7 fungsi. Keduanya diperoleh dari sastra lisan pas kapal, tepung tawar, cerita rakyat, dan mantra. Hanya nyanyian rakyat yang memenuhi fungsi sastra lisan kaitannya dengan konteks sosial budaya agraris. Temuan di atas menunjukkan dominasi fungsi sastra lisan kaitannya dengan sosial budaya maritim. Sastra lisan Natuna berfungsi sebagai nasihat. Fungsi itu ditunjukkan kepada pendengar untuk meningkatkan ketaqwaan. Nasihat itu juga mengingatkan agar masyarakat saat pergi melaut dan berkebun diawali dengan meminta restu kepada Allah swt. Fungsi sastra lisan seperti tolong-menolong saat acara pernikahan di kampung-kampung. Tolong-menolong lainnya seperti saat proses penurunan kapal kayu ke laut yang baru selesai dibuat. Melalui maritim dan agraris, masyarakat Natuna pandai bertahan hidup. Hal ini sejalan dengan fungsi sastra lisan Natuna kaitannya dengan konteks sosial budaya. Sagu dan buah nyelek adalah salah satu contoh masyarakat dapat bertahan hidup dari alam agraris. Sastra lisan Natuna juga berfungsi mengatur masyarakat dalam memanfaatkan alam secara tidak berlebihan. Hampir seluruh sastra lisan Natuna berkaitan dengan konteks sosial budaya dan maritim. Hal ini juga menunjukkan keseimbangan antara konteks sosial budaya maritim dan agraris dalam fungsi sastra lisan.

Oral literature is a reflection of collective society. Natuna as an archipelago, not only depends on and lives from maritime, but also agrarian life. Natuna's oral literature is the object material, such as tepung tawar, pas kapal, mantras, folklore, and folk songs which are still in oral form. This research has two problem formulations, namely what is the socio-cultural context in oral literature and what are the functions of Natuna oral literature in maritime and agrarian socio-cultural contexts. To answer the formulation of the problem, this study uses the theory of Albert B. Lord's oral literature and the function of Ruth Finnegan's oral literature. Interviews, recordings, and field observations were carried out in several sub-districts, such as Bunguran Timur, Midai, Pulau Tiga Barat, Bunguran Timur Laut. The results of this study show that in the maritime sector, the relationship between humans and God whose functions are the hope of blessing when going down to the sea, a reminder to take care of fellow fishermen, the practice of bringing in fish. Human relations with the community, namely the value of mutual assistance during shipping and suggestions for friendship between fellow coastal communities. The relationship between humans and nature, which is a reflection of diligent fishing, a reflection of the value of an affluent life from the catch, and a reflection of the ability of fishermen to catch fish. The function of oral literature related to Natuna's socio-agrarian culture, human relations with God, namely the recommendation to build a mosque as a place to trade and protect yourself when gardening. Human relations with the community, namely reminders of promises to sell garden products, antidote to evil when farming, and teaching and learning cooperation in processing garden products and livestock. The relationship between humans and nature, namely the hope of fertility for crops and the teachings of survival. There are 15 functions, 8 maritime functions and 7 agricultural functions. Both are obtained from the oral literature of pas kapal, tepung tawar, folklore, and mantras. Only folk songs fulfill the function of oral literature in relation to the agrarian socio-cultural context. The findings above show the dominance of the function of oral literature in relation to maritime socio-culture. Natuna's oral literature serves as advice. This function is shown to the listener to increase piety. The advice also reminds people that when they go to sea and garden, they begin by asking Allah swt's blessing. The function of oral literature is like helping out at weddings in villages. Other help, such as during the process of lowering a wooden ship into the sea that was just finished. Through maritime and agrarian means, the Natuna people are good at surviving. This is in line with the function of Natuna's oral literature in relation to the socio-cultural context. Sago and nyelek fruit are examples of people being able to survive from an agrarian nature. Natuna's oral literature also functions to regulate society in utilizing nature in moderation. Almost all of Natuna's oral literature is related to socio-cultural and maritime contexts. It also shows the balance between maritime and agrarian socio-cultural contexts in the function of oral literature.

Kata Kunci : sastra lisan, Natuna, maritim, agraris