SERAT JATISUSENA SUNTINGAN TEKS TERJEMAHAN DAN ANALISIS PRODUKSI SOSIAL JANET WOLFF

MUH IQBAL RAHADIAN, Dr. Sudibyo, M.Hum.

2022 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Penelitian ini menggunakan objek material teks Serat Jatisusena yang menjadi salah satu bagian dari naskah Kempalan Serat Warni-Warni koleksi Museum Sonobudoyo dengan kode koleksi PBA 236. Teks Serat Jatisusena berbentuk tembang Macapat yang terbagi dalam 17 pupuh. Teks tersebut berjenis Piwulang dan berisi mengenai biografi singkat, sifat dan budi pekerti para Pepatih Dalem pada era Keraton Kartasura, Surakarta, dan Ngayogyakarta. Pada awal abad ke XX, wilayah Kasultanan Yogyakarta sedang dilanda berbagai permasalahan yang dilatar belakangi oleh ketimpangan ekonomi dan sosial yang semakin tajam. Pepatih Dalem selaku Perdana Menteri yang bertugas menjalankan roda pemerintahan dan menjaga keamanan menjadi garda utama atas penyelesaian permasalahan tersebut. Namun, peran Pepatih Dalem yang saat itu dijabat oleh Patih Danureja ke VII masih kurang memuaskan. Oleh karena itu, Serat Jatisusena mencoba untuk memberikan solusi dan pembelajaran atas permasalahan sosial di Yogyakarta melalui karya seni yang berwujud sastra. Raden Sasrawijaya selaku pencipta Serat Jatisusena berusaha memberikan nasehat pada Pepatih Dalem dan masyarakat agar menyerap nilai-nilai luhur para Pepatih Dalem terdahulu. Penelitian ini menggunakan teori Filologi dan teori Produksi Sosial Seni Janet Wolff untuk mengkaji teks Serat Jatisusena. Teori Filologi digunakan untuk menjadikan teks yang masih berbahasa daerah menjadi terbaca oleh khalayak luas. Teori Produksi Sosial Janet Wolff digunakan untuk melihat teks Serat Jatisusena sebagai sebuah produksi karya seni yang memuat ide sosial didalamnya. Pengkajian produksi seni Serat Jatisusena meliputi kondisi produksi artistik, kondisi produksi seni, konvensi estetika, dan unsur intrinsik karya seni. Tahapan yang dilalui tersebut akan membantu menemukan ide sosial yang terkandung dalam teks. Hasil penelitian ini adalah sajian teks Serat Jatisusena berwujud suntingan dan terjemahan teks. Selain itu, teks Serat Jatisusena masih mempertahankan metode produksi secara tradisional. Persebaran teks hanya tersebar pada lingkungan yang terbatas. Pencipta karya sastra tersebut merupakan penulis lepas dalam sistem patronase modern. Agen yang memberikan inspirasi dan kreativitas adalah masyarakat kolektif, bukan terbatas pada kelas tertentu yang lebih tinggi. Ide sosial yang terdapat dalam teks Serat Jatisusena adalah ajaran Kejawen mengenai keutamaan berbudi pekerti yang baik yang terbagi dalam empat bagian; (a) Mengendalikan gejolak tiga nafsu hitam, kuning, dan merah; (b) Budi pekerti yang baik dalam bekerja di pemerintahan; (c) Budi pekerti yang baik dalam berkeluarga; (d) Budi pekerti yang baik dalam bergaul dan bersosial sehari-hari di masyarakat.

This research uses the material object of Serat Jatisusena which is one part of the Kempalan Serat Warni-Warni manuscript. This manuscript is Sonobudoyo Museum collection with collection code PBA 236. Serat Jatisusena text in the form of Macapat song which is divided into 17 pupuh. The type text is Piwulang and contains a brief biography, nature and character of the Pepatih Dalem in the era of Kartasura Palace, Surakarta, and Ngayogyakarta. At the beginning of the XX century, the Yogyakarta Sultanate region was hit by various problems. There are increasingly economic and social inequalities. Pepatih Dalem as the Prime Minister who is government leader and must maintaining peace and resolving these problems. However, the role of Pepatih Dalem who was then held by Patih Danureja VII was still unsatisfactory. Therefore, Serat Jatisusena tries to provide solutions and learning to social problems in Yogyakarta through works of art in the form of literature. Raden Sasrawijaya as the creator of Serat Jatisusena tried to give advice to Pepatih Dalem and the Yogyakarta community to absorb the noble values of the previous Pepatih Dalem. This study uses the theory of Philology and the theory of Social Production of Art Janet Wolff to examine the text of Serat Jatisusena. Philological theory is used to make texts that are still in the local language readable by a wide audience. Janet Wolff's Theory of Social Production is used to view the text of Serat Jatisusena as a production of art that contains social ideas in it. The assessment of Serat Jatisusena art production includes the conditions of artistic production, the conditions of art production, aesthetic conventions, and the intrinsic elements of artwork. These stages will help to find the social ideas contained in the text. The result of this research is a presentation of Serat Jatisusena text in the form of text editing and translation. In addition, the text of Serat Jatisusena still maintains the traditional production method. Text distribution is only distributed in a limited community. The creator of the literary work is an freelance author in the modern patronage system. The agents is collective society that provide inspiration and creativity for author, not limited just to higher classes. The social idea in the Serat Jatisusena text is a learning of Kejawen culture on the virtues of good character which is divided into four parts; (a) Controlling the turmoil of the three passions black, yellow, and red; (b) Good manners in working in government; (c) Good manners in the family; (d) Good manners in socializing on society.

Kata Kunci : Pepatih Dalem, Filologi, Produksi Sosial, Ide Sosial, Agen