Laporkan Masalah

Politisasi Kontes Lagu Eurovision Dalam Konteks Pencerminan Situasi Konflik Antara Negara-Negara Eropa

MUHAMMAD ALVARIZI DAFFAAKBAR, Drs. Muhadi Sugiono, MA

2021 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Skripsi ini menelaah sebab dan proses dari politisasi Kontes Lagu Eurovision, sebuah ajang lomba cipta lagu antarnegara di Eropa yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1956. Meski dikonsepsikan sebagai ajang pemersatu Eropa pascaperang yang sifatnya apolitis, pada kenyataannya politik kerap mewarnai pelaksanaan kontes ini, terutama pascaberakhirnya Perang Dingin dan masuknya negara-negara pascakomunis di Eropa Timur dan Tenggara. Secara khusus, Eurovision kerap dimanfaatkan sebagai panggung politik oleh sejumlah negara pascakomunis Eropa, termasuk dalam hal konflik-konflik internasional yang mereka alami. Politisasi demikian erat berkaitan dengan kepentingan negara-negara demokrasi baru tersebut untuk mencitrakan dirinya di tingkat internasional. Penelitian ini memanfaatkan kerangka konstruktivisme dalam ilmu hubungan internasional, khususnya dengan menggunakan teori sekuritisasi sebagai alat analisis. Argumentasi yang dibawa adalah bahwa Eurovision mengalami proses politisasi yang terjadi dalam kerangka kerja sekuritisasi. Eurovision terpolitisasi karena ia masuk ke ranah deliberasi politis (perumusan kebijakan) sejumlah negara pesertanya. Namun, pengaruh sejumlah functional actors maupun target audience membuat Eurovision tidak tersekuritisasi atau direspon secara khusus/luar biasa di luar mekanisme politik yang biasa berlaku di negara-negara tersebut. Kasus-kasus politisasi yang ditelaah pada penelitian ini di antaranya melibatkan Armenia, Azerbaijan, Georgia, Montenegro, Serbia, Rusia, dan Ukraina.

This research analyses the causes and process of the Eurovision Song Contest’s politicization. The Eurovision Song Contest is an international music competition that has been held since 1956, mainly between European countries. Although conceptualised as an apolitical mean of uniting a post-war Europe, politics has often marred the organization of this contest, especially after the end of the Cold War due to the influx of new participating countries from the former Eastern Bloc (Eastern and South-eastern Europe). Specifically, the Eurovision Song Contest is often used as a political stage by several post-communist European countries, especially in waging international conflicts. The contest’s politicisation is intertwined by the new countries’ interests in promoting themselves on the international stage. This research builds upon the constructivist approach in international relations, specifically using the Copenhagen School’s securitisation theory as a tool of analysis. The argument brought forward is that the Eurovision Song Contest is politicised (within the framework of securitisation), because it’s politically deliberated and enters the policymaking table in a number of its participating countries. The influence of several functional actors as well as the target audience spares the contest of securitisation; in which it would have been deliberated and responded extraordinarily, outside of the usual political mechanisms. The cases studied in this research involve, among others, Armenia, Azerbaijan, Georgia, Montenegro, Russia, Serbia, and Ukraine.

Kata Kunci : Kontes Lagu Eurovision, Politisasi, Sekuritisasi, Eropa, Konflik, Hubungan Internasional, Budaya Populer

  1. S1-2021-413142-abstract.pdf  
  2. S1-2021-413142-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-413142-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-413142-title.pdf