Laporkan Masalah

Humanisme Religius Konsep Ketuhanan Yang berkebudayaan Sukarno Dalam Perspektif Etika Pancasila Drijarkara

MARIETTA SUSILAWATI, Dr. Arqom Kuswanjono, M.Hum

2021 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Disertasi ini berjudul "Humanisme Religius Konsep Ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno dalam perspektif etika Pancasila Drijarkara". Prinsip ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno merupakan komitmen untuk menjaga dan menghormati pelbagai keyakinan religius yang ada di Indonesia. Nilai-nilai yang diusung dalam prinsip ketuhanan Sukarno berdimensi vertikal dan horizontal. Nilai vertikal menyangkut kepercayaan bangsa Indonesia kepada Tuhan, dan nilai horizontal menyangkut kedamaian hidup bersama walau dalam perbedaan. Bangsa Indonesia dalam praktiknya masih berproses untuk menciptakan keharmonisan antar umat yang berbeda, karena di Indonesia masih sering terjadi tindak intoleransi dan kekerasan atas nama agama. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan pemikiran Sukarno tentang ketuhanan yang berkebudayaan, merumuskan tinjauan dari perspektif etika Pancasila Drijarkara terhadap konsep ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno dan merumuskan kontribusinya bagi etika Pancasila dan pembangunan keberagamaan di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi pustaka dengan model penelitian historis faktual, yaitu pemikiran Sukarno tentang ketuhanan yang berkebudayaan sebagai objek material, dan etika Pancasila Drijarkara sebagai objek formal. Analisis penelitian menggunakan metode hermeneutika dengan unsur-unsur metodis: interpretasi, induksi, holistika, heuristika dan deskripsi. Sumber utama adalah buku-buku yang ditulis oleh Sukarno, dan buku-buku yang ditulis oleh Drijarkara. Sedangkan sumber data sekunder adalah berupa literatur yang membahas tentang Sukarno yang ditulis oleh penulis lain, buku-buku tentang etika Pancasila, Filsafat Pancasila, filsafat ketuhanan, filsafat agama, filsafat kebudayaan maupun kajian sejarah yang ada kaitannya dengan topik penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketuhanan yang berkebudayaan menurut Sukarno merupakan cara mengimplementasikan pemahaman akan Tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang majemuk. Keutamaan moral yang perlu dikedepankan adalah berbudi pekerti yang luhur, bersikap toleran, saling menghormati dan meniadakan egoisme keagamaan. Penanaman sikap toleransi dan saling menghormati salah satunya melalui pendidikan, baik pendidikan informal dalam keluarga, secara non formal dalam masyarakat dan secara formal di sekolah. Makna ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno ditinjau dari etika Pancasila Drijarkara adalah semakin mengeksplisitkan konsep humanisme integral dalam sila kedua. Sila kedua Pancasila menjadi pedoman dalam mengimplementasikan konsep ketuhanan yang Maha Esa dalam masyarakat majemuk. Sukarno mendudukkan esensi kemanusiaan sebagai titik tolak pemikiran kefilsafatan dan berpuncak pada ketuhanan sebagai hasil refleksi pemenuhan kemanusiaan. Relevansi ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno dapat memperluas dan memperdalam kajian etika Pancasila dengan mengembangkan etika interaksi, yang mengajak manusia untuk berpikir kritis, terlibat secara aktif memecahkan persoalan-persoalan konkret di masyarakat seperti persoalan intoleransi. Ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno dapat memberikan kontribusi berkaitan dengan mengembangkan etika Pancasila dan pembangunan keberagamaan di Indonesia, karena menekankan penghormatan hak asasi manusia untuk memeluk agama, sesuai dengan keyakinannya secara leluasa. Konsep ketuhanan yang berkebudayaan mengajak bangsa Indonesia untuk menjalankan agamanya dengan cara berbudi pekerti luhur, yaitu saling bertoleransi dan saling menghormati perbedaan. Kata kunci: Ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno, toleransi dan menghormati, Etika Pancasila Drijarkara.

This dissertation is titled "Religious Humanism of Sukarno's Culture Divinity Concept from The Perspective of Drijarkara Pancasila Ethics". The principle of cultured divinity taught by Sukarno is a commitment to guard and to honor the variety of religious believes in Indonesia. There are vertical and horizontal dimension in cultured divinity values. Vertical dimension is about the believe in God almighty. Horizontal dimension is about tolerance and peaceful, living together in diversity in Indonesia. In practice, the people of Indonesia are still in the process of developing the harmonious relationship between various religion believers, since intolerant and violent acts based on, or, in the name of religion are still in fact, frequently occurred. This research is a literature fact research model, that is cultured divinity according to Sukarno as material object, and Pancasila ethics according to Drijarkara as formal object. This research analysis uses philosophical hermeneutics with methodical elements: in interpretation, holistic, heuristics, and description. The primary resource used in this research are books, written by Sukarno and Drijarkara. The secondary resource is literature that discusses about Sukarno written by other authors. These literatures are about Pancasila ethics, Philosophy of Pancasila, divinity philosophy, philosophy of religion, culture philosophy and other historical studies related to the topic of this research. The result of this research indicates that cultured divinity according to Sukarno is suitable for the Indonesian nation which is diverse in religion. This means that to live and appreciating divinity, people shall live base on noble character, mutual respect, and mutual tolerance, not by acting selfish in the name of religion. The meaning of cultured divinity according to Sukarno reviewed from Pancasila Drijarkara ethics is enhancing the explicitness of integral humanism concept in the second principal of Pancasila. Second principal of Pancasila is the guidance for the implementation of Ketuhanan Yang Maha Esa in complex society. Sukarno place the humanity essence as the basis of philosophical thinking and peaked at divinity, from which the reflection of humanity is fulfilled. The relevance of cultured divinity according to Sukarno can widen and deepen the study of Pancasila ethics by developing interaction ethics that entices human to think critically, actively involves in solving concrete problems in society such as intolerance The concept of cultured divinity according to Sukarno can be a contribution to the development of Pancasila ethics and religiosity in Indonesia. It emphasizes respect for human rights, to embrace a religion according to one's beliefs freely. It encourages the people of Indonesia to carry out their religious teaching based on noble character, mutual respect, mutual tolerance, mutual acceptance of differences. This cultivation of noble character can be implanted informally since childhood in the family, in religious community, and in society. Formally the process of cultivation of noble character cultivation is continued in private and official schools and colleges. Keyword: Cultured Divinity Sukarno, mutual tolerance and respect, Drijarkara's Pancasila Ethics

Kata Kunci : Ketuhanan yang berkebudayaan Sukarno, toleransi dan menghormati, Etika Pancasila Drijarkara

  1. S3-2021-420252-abstract.pdf  
  2. S3-2021-420252-bibliography.pdf  
  3. S3-2021-420252-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2021-420252-title.pdf