Community Mall Sebagai Third Place di Kota Palembang dengan Pendekatan Desain Biofilik
RIFDAH SETIANINGTYAS, Ir. Jatmika Adi Suryabrata, M.Sc., Ph.D.
2021 | Skripsi | S1 ARSITEKTURPalembang termasuk dalam jajaran kota besar di Indonesia dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Dinamika kehidupan dan permasalahan dihadapi, termasuk kehidupan sosial penduduknya. Semenjak Revolusi Industri, penduduk kota sebagian besar menjalani rutinitas kehidupan yang cenderung monoton pada dua tempat, yaitu rumah dan tempat kerja. Pola ini menimbulkan permasalahan seperti kelelahan dan kurangnya kesempatan bersosialisasi. Di sisi lain, tren belajar ataupun bekerja secara daring semakin marak terjadi mengikuti perkembangan teknologi. Selain itu, tingginya pembangunan mengakibatkan semakin terkikisnya ruang hijau dalam kota. Hal ini berdampak pada penurunan kondisi udara termasuk kenaikan suhu yang tidak nyaman dan membahayakan makhluk hidup. Kurangnya ruang hijau dapat berpengaruh pada kesejahteraan fisik dan mental masyarakat kota. Menjawab permasalahan tersebut, sebuah mall komunitas dihadirkan untuk menjadi tempat ketiga sebagai distraksi dari pola kehidupan dua tempat yang dijalani masyarakat kota Palembang. Mall komunitas akan menjadi tempat publik informal dan semi-informal dengan kegiatan utama rekreasi, berkumpul, dan berinteraksi. Pendekatan biofilik dipilih sebagai upaya mengoptimalkan dampak positif terhadap kesejahteraan manusia dan lingkungan disekitarnya, termasuk menjadi ruang hijau baru di tengah kota. Mall komunitas dengan pendekatan biofilik diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota.
Palembang is one of the biggest cities in Indonesia with a high population density. Problems are faced, including the social life of its inhabitants. Since the Industrial Revolution, many city dwellers are living the two-place life pattern, home and workspace. This pattern tends to be monotonous and resulting in problems such as fatigue and lack of social opportunities. On the other hand, the trend of studying or working online is increasingly happening. Besides, high development results in the depletion of green space in Palembang. It causes a decrease in air condition, uncomfortable temperature increase, and threatens living things. The lack of green space affects the physical and mental well-being of urban communities. A community mall is designed to be the third place as a distraction from the two-place life pattern that the people of Palembang live. The community mall will be an informal and semi-informal public place with the main activities of recreation, gathering, and interaction. The biophilic approach is chosen as an effort to optimize the positive impact on human well-being and the surrounding environment, also becoming a new green space in the middle of the city. Community mall with a biophilic design approach is expected to improve the quality of life of urban communities.
Kata Kunci : Tempat Ketiga, Mall Komunitas, Desain Biofilik, Aktivitas Publik Informal/ Third Place, Community Mall, Biophilic Design, Public Activities