Laporkan Masalah

Pusat Studi Lebah Madu dengan Pendekatan Ekologi Rekonsiliasi

ELISA KUSUMA DEWANTI, Labdo Pranowo, S.T., M.Sc.

2020 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Penurunan populasi lebah madu dalam skala global merupakan hal yang dapat mengganggu keimbangan ekologi dunia. Fenomena hilangnya koloni lebah madu yang juga terjadi di Dusun Lebah Sari, Pemenang, Lombok Utara, menjadi salah satu alasan mengapa penelitian dan konservasi lebah madu menjadi sebuah hal yang penting untuk dilakukan di Indonesia. Namun, belum ada fasilitas penelitian dan konservasi yang berfokus pada lebah madu, sehingga keberadaan Pusat Studi Lebah Madu menjadi penting sebagai sarana peningkatan kesadaran lingkungan, serta sebagai pionir konservasi lebah dan penelitian dalam bidang ekologi di Indonesia. Ekologi Rekonsiliasi kemudian digunakan sebagai pendekatan untuk mengubah persepsi manusia terhadap alam melalui bangunan yang mampu mengakomodasi perjumpaan dengan lebah madu. Kompleksitas aktivitas pengguna yang akan diwadahi dalam bangunan dianalisis menggunakan metode Citizen Science untuk menemukan pola aktivitas yang saling berkaitan. Pola-pola aktivitas tersebut kemudian dijadikan dasar dalam perumusan program ruang yang mencakup tiga fungsi utama, yaitu penelitian, budidaya lebah madu, dan edukasi. Pembentukan interaksi manusia-alam dan interaksi manusia-ruang menjadi fokus dalam intervensi desain Pusat Studi Lebah Madu yang dirumuskan dalam konsep Provoking Curiosity. Dimana interaksi manusia-alam mencakup aspek identitas visual, struktur, material, dan lansekap. Sedangkan interaksi manusia-ruang mencakup aspek sirkulasi, alur pengunjung, hubungan antar ruang, serta pencahayaan dan pengahawaan. Dalam ini konsep ini pula, dirumuskan sebuah alur cerita yang menonjolkan kontak visual dan taktil untuk memicu keiingintahuan penguna, dan membentuk persepsi baru terhadap ruang. Sehingga dapat mengakomodasi terbentuknya interaksi ekologis antara manusia-alam-ruang dalam skala makro, messo, dan mikro untuk mempertahankan keberadaan lebah madu.

The decline of the honeybee population can disrupt the world's ecological balance. Considering the loss of honeybee colonies that also occurred in the Lebah Sari, Pemenang, North Lombok, honeybee research, and conservation becomes a crucial thing in Indonesia. On the other side, there is no such thing as the Honeybee Study Center in Indonesia. However, to increasing environmental awareness, as well as being a pioneer of bee conservation and research in the field of ecology in Indonesia, Honeybee Study Center is designed. Reconciliation Ecology is used as an approach to change the human perception of nature through buildings that can accommodate encounters with honeybees. The complexity of user activities to be contained in buildings is analyzed using the Citizen Science method to find patterns of interrelated activities. Then an activity-based spatial program is formulated with three main functions viz; research, apiculture, and education. Human-nature interaction and human-space interaction become the focus of the Provoking Curiosity concept. On the one hand, the human-nature relationship will appear in visual identity, structure, material, and landscape. On the other hand, the human-space interaction will appear in circulation, visitor flow, relationships between spaces, as well as lighting and ventilation. There is a storyline that accentuates visual and tactile contact to trigger user curiosity and form new perceptions of space in this concept. So it can accommodate the formation of ecological interactions between human-nature-space on a macro, mezzo, and microscale to maintain the presence of honey bees.

Kata Kunci : pusat studi, lebah madu, Ekologi Rekonsiliasi, study center, honeybee, Reconciliation Ecology

  1. S1-2020-395847-abstract.pdf  
  2. S1-2020-395847-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-395847-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-395847-title.pdf