Laporkan Masalah

HEGEMONI REDUCING EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION PLUS (REDD+) DALAM PEMBANGUNAN EKOLOGIS DI INDONESIA: STUDI KASUS WILAYAH PERCONTOHAN KALIMANTAN TENGAH

WILDA FATMA APSARI, Dr. Maharani Hapsari

2020 | Tesis | MAGISTER ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) dipercaya sebagai sebuah obat mujarab yang mampu menjembatani kebutuhan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan alam dari perubahan iklim akibat pemanasan global. Dengan tujuan keduanya dapat berjalan beriringan, REDD+ mengalami banyak hambatan selama proses menuju implementasi. Hambatan ini tidak hanya berasal dari politik antarnegara melalui forum-forum lingkungan internasional akan tetapi semakin banyak dan kompleks karena melibatkan aspek-aspek identitas, ekonomi, dan budaya mengingat aktor yang terlibat dalam skema ini berasal dari berbagai lini masyarakat. Untuk menjelaskan bagaimana REDD+ diperjuangkan, tesis ini menggunakan pendekatan masalah dengan konsep hegemoni dari Laclau dan Mouffe. Dari sudut pandang yang digunakan, tesis ini menemukan bahwa REDD+ tidak hanya diperjuangkan karena unggul atau lebih baik dibanding skema lainnya namun lebih pada perjuangan yang bersifat ideologis yang dimanifestasikan dalam ide utamanya yaitu komodifikasi karbon. Melalui studi kasus yang dipilih, yaitu wilayah percontohan REDD+ di Kalimantan Tengah, tulisan ini ingin menunjukkan bahwa terdapat upaya-upaya memarginalkan dan mempertahankan status quo dengan membentuk subjektivitas untuk menciptakan kebenaran yang baru. Sehingga, dapat menyatukan berbagai kepentingan baik yang mendukung maupun yang berlawanan dalam satu wadah yang sama.

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) is believed to be a panacea to accommodate the needs of economic growth and protection of nature from climate change due to global warming. Aiming those two goals could go hand in hand, REDD+ faces many obstacles during the process leading to the phase of implementation. These obstacles do not only come from politics between countries through international environmental forums but are increasingly numerous and complex because of the aspect of identity, economy, and culture, considering that the scope of actors involved in this scheme encompasses all level of community. To explain how REDD+ is contested, this thesis approaches the problem with the concept of hegemony of Laclau and Mouffe. From the point of view, this thesis found that REDD+ is fought for not only because of its superiority or it is better than other schemes alike in solving the climate problem but rather as an ideological struggle which is manifested in its main idea, carbon commodification. Through the selected case study, the REDD+ pilot project in Central Kalimantan, this paper aims to show that there are practices to marginalize certain ideas and to maintain the status quo by shaping subjectivity to create a new common sense. So, it can unite various interests both from those who support and against the idea into one place.

Kata Kunci : REDD+, hegemoni, kajian diskursus, Kalimantan Tengah, perubahan iklim, pembangunan ekologis, politik lingkungan

  1. S2-2020-419023-abstract.pdf  
  2. S2-2020-419023-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-419023-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-419023-title.pdf