Laporkan Masalah

PEKAN BUDAYA TIONGHOA YOGYAKARTA SEBAGAI STRATEGI POLITIK PENGAKUAN IDENTITAS

GURINDRA BUDI P, Hakimul Ikhwan, M.A., Ph.D.

2020 | Tesis | MAGISTER SOSIOLOGI

INTISARI Era reformasi membawa pengaruh pada konsep multikulturalisme yang berkembang disikapi menghargai keberagaman. Pada tataran praksis multikulturalisme adalah perjuangan untuk mendapatkan pengakuan. Sehingga tidak akan ada lagi diskriminasi dalam masyarakat. Pengakuan adalah hal krusial dalam membangun identitas diri. Pengingkaran atau misrecognition dapat berakibat gagalnya identifikasi diri. Etnis Tionghoa sepanjang perjalanan sejarah Indonesia, dianggap sebagai pendatang, asing, dan liyan meskipun lahir, tumbuh, dan besar di negeri ini. Upayanya mendapat pengakuan bukan hanya agar diakui keberadaan dan identitas dirinya yang unik, melainkan juga terpenuhinya tuntutan atas hak-hak individu ataupun sosial. Tesis ini berfokus pada upaya etnis Tionghoa membangun identitas dan usahanya mendapatkan. Salah satunya melalui Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup. Sedangkan proses pengumpulan data melalui observasi dan pengamatan lapangan selama pelaksanaan PBTY, dan wawancara kepada panitia yang terdiri dari etnis Tionghoa. Hasil penelitian menunjukkan etnis Tionghoa di Yogyakarta menggunakan PBTY untuk ruang dialog untuk mempertemukan keinginan dan tujuan guna mendapatkan pengakuan. Lebih daripada itu tujuan yang hendak dicapai adalah ada pada pemenuhan atas hak-hak individu maupun kelompok melalui kebijakan yang lebih setara. Politik pengakuan bagi etnis Tionghoa merupakan usaha untuk mendefinisikan identitasnya yang unik. Menampilkan otentisitasnya sebagai warga negara sehingga dapat diterima secara utuh. Kata kunci: etnis Tionghoa, multikulturalisme, pekan budaya tionghoa, politik pengakuan

ABSTRACT The reform era has influenced the concept of multiculturalism that has developed in terms of respecting diversity. At the praxis level, multiculturalism is a struggle for recognition. So that there will be no more discrimination in society. Recognition is crucial in building self-identity. Denial or misrecognition can fail to identify yourself. Throughout the history of Indonesia, Chinese ethics are considered as immigrants, foreigners, and others, even though they were born, grown, and raised in this country. His efforts to gain recognition are not only recognized for his unique existence and identity but also the fulfillment of demands for individual or social rights. This thesis focuses on the efforts of the Chinese ethnic group to build their identity and gain. One of them is through the Yogyakarta Chinese Culture Week (PBTY). This study uses a qualitative method with a phenomenological approach to describe the general meaning of several individuals to various life experiences. Meanwhile, the data collection process was done through observation and field observations during the PBTY implementation, and interviews with the committee consisting of ethnic Chinese. The results showed that the Chinese ethnic in Yogyakarta used PBTY as a dialogue space to meet their desires and goals to gain recognition. More than that, the goal to be achieved is the fulfillment of individual and group rights through a more equal policy. The politics of recognition for the ethnic Chinese is an attempt to define their unique identity. Displays its authenticity as a citizen so that it can be fully accepted. Keywords: Chinese ethnicity, multiculturalism, Chinese culture week, political recognition

Kata Kunci : Keywords: Chinese ethnicity, multiculturalism, Chinese culture week, political recognition

  1. S2-2020-404234-abstract.pdf  
  2. S2-2020-404234-bibliography.pdf  
  3. S2-2020-404234-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2020-404234-title.pdf