Laporkan Masalah

Museum Film Indonesia di Yogyakarta dengan Pendekatan Akses Masyarakat Umum

SAPHIRA ANINDITA S P, Labdo Pranowo, ST., M.Sc.

2020 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Kilas balik dalam sejarah perkembangan perfilman Indonesia, dapat ditemukan bahwa era awal perfilman Indonesia dimulai sejak berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada tahun 1900an. Dari era tersebut hingga saat ini, sudah ribuan film Indonesia yang diproduksi. Perkembangan perfilman Indonesia menunjukkan gambaran yang positif, terlihat dari banyaknya rumah produksi yang berlomba-lomba menciptakan film yang berkualitas. Namun, banyaknya hasil produksi film tersebut tidak sebanding dengan upaya dalam melestarikan karya-karya film itu sendiri. Pelestarian film yang merupakan produk budaya belum menjadi prioritas bagi bangsa Indonesia. Terbukti karena banyaknya koleksi film-film lama yang rusak karena pemeliharaan yang ala kadarnya dan lembaga pengarsipan film yang ada di Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga upaya pelestarian tidak dapat berjalan dengan baik. Pelestarian terhadap karya film merupakan hal yang sangat penting agar aset budaya tersebut dapat selalu diakses dan memberikan manfaat kepada generasi-generasi yang akan datang, serta mengedukasi masyarakat untuk lebih mengapresiasi film. Berhubungan dengan hal ini, akses publik terhadap karya film merupakan poin penting dalam proses pelestarian karya film. Museum Film Indonesia merupakan solusi tepat untuk menjawab permasalahan yang ada karena fungsinya yang dapat menampung berbagai macam kegiatan pelestarian, selain itu juga menjadi sarana rekreasi dan edukasi. Akses masyarakat umum difokuskan dengan memberikan atmosfir dan pengalaman ruang yang baru, serta elemen-elemen ruang yang dapat mewadahi berbagai kalangan masyarakat.

Going through the history of the development of Indonesian film industry, we can found that the beginning of Indonesian cinema started when the first movie theatre was built in the 1900s. From this era until today, thousands of Indonesian films have been produced. The development of Indonesian film industry showing a positive sign, this can be seen from the number of production houses competing to create high quality films. However, the big amount of the Indonesian film production is not proportional to the effort in preserving the works of the Indonesian film itself. Preservation of Indonesian films as a cultural assets has not yet been the priority of the Indonesian people. This is proven by the large number of old Indonesian film collections that were damaged because of the perfunctory maintenance and film archives institutions are not on the government's best interest so that preservation process cannot go well. Preservation of film is very important so that the cultural assets can be accessed and provide benefits for future generations, also to educate people to appreciate local films more. Regarding to this matter, public access to film collections is an important point in the process of preserving films. Indonesian Film Museum can be the right solution to answer the existing problems because the function that can accommodate various kinds of preservation activities, also to be a space for recreation and education. Public acces will be focused on providing a new atmosphere and spatial experience, as well as spatial elements that can accommodate a variety of communities.

Kata Kunci : Film, Pelestarian Film, Apresiasi Film, Akses Publik, Museum

  1. S1-2020-399820-abstract.pdf  
  2. S1-2020-399820-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-399820-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-399820-title.pdf