Laporkan Masalah

DNA Arsitektur Rumah Tradisional Melayu di Kalimantan Barat

INDAH KARTIKA SARI, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch, PhD

2020 | Disertasi | DOKTOR ARSITEKTUR

Perkembangan globalisasi dan perubahan lingkungan berdampak pada kerentanan identitas arsitektur tradisional yang dapat bertahan ataupun menghilang. Arsitektur sebagai pencipta ruang, menyimpan informasi budaya dan identitas. Pelestarian dari kekhasan individu dan identitas dalam arsitektur menjadi suatu keharusan dan perlu adanya pendekatan praktis untuk menghidupkan tradisi yang merupakan warisan budaya. Pendekatan praktis tersebut dapat dilakukan dengan menampilkan atau mengkomunikasikan identitas, tidak saja secara lintas budaya namun juga lintas nilai dan lintas generasi dengan cara mengambil budaya lama melalui penelusuran genotipe dan fenotipe yang dapat menjadi acuan dalam langkah pelestarian tersebut. Pada arsitektur tradisional, cerminan tata nilai dan budaya ditradisikan oleh masyarakatnya. Kekhasan rumah dalam arsitektur tradisional melayu Kalimantan Barat bukan saja sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai lambang kesempurnaan hidup. Istilah genotipe dan fenotipe telah diadopsi kedalam ilmu arsitektur. Dalam genetika, istilah genotipe diungkap sebagai deskripsi material fisik yang terbentuk dari DNA, sedangkan fenotipe adalah wujud fisik dari organisme. Dalam ilmu arsitektur genotipe merupakan model relasional abstrak yang mengatur susunan ruang, dan prinsip pengorganisasian ruang sedangkan fenotipe merupakan artefak arsitektur. Dari teori genotipe dan fenotipe dalam arsitektur yang telah ditemukan sebelumnya. Kemudian diperlukan pemahaman mengenai keterhubungan teori tersebut dalam istilah DNA arsitektur. Dalam ilmu biologi, DNA merupakan inti berupa sistem struktur yang dibawa oleh organisme dari generasi ke generasi. DNA tidak hanya berupa genotipe, tetapi masih terdapat proses lanjut untuk mencapai inti yang menjadi sistem struktur yaitu kode yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sampel penelitian ini adalah 69 rumah tradisional melayu di Kalimantan Barat, Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah strukturalisme Levi Strausse dan sistem biologis dengan pendekatan genetika arah maju (forward genetics) yakni identifikasi DNA melalui data varian fenotipe. Istilah DNA dianalogikan dari ilmu biologi ke ilmu arsitektur. Melalui metode tersebut ditemukan cara untuk menemukan DNA arsitektur melalui 3 tahap yakni proses sintaksis ruang, proses translasi dan transkipsi. Hasilnya ditemukan kode RI-PL-RA yang memiliki nilai dan makna sebagai aturan rumah tradisional melayu di Kalimantan Barat yang selalu diturunkan dari generasi ke generasi. Kode tersebut dapat menjadi sumber informasi DNA arsitektur rumah tinggal tradisional melayu Kalimantan Barat.

The increase of globalization and environmental changes has an impact on vulnerability an identity traditional architecture that can survive or disappear. Architecture as a creator of space, store of cultural and an identity information. Preservation of individual uniqueness and identity in architecture is a necessity and there needs to be a practical approach to reviving traditions that are cultural heritage. The practical approach can be carried out by displaying or communicating identity, not only across cultures but also across values and across generations by taking on old cultures through tracing genotypes and phenotypes that can be a reference in the preservation step. In traditional architecture, a reflection of values and culture is traditionally adopted by the people. The uniqueness of the house in the traditional architecture of Malay West Kalimantan not only as a place to live, but also as a symbol of perfection of life. The term genotype biology and phenotype have been adopted into architecture. In genetics, the term genotype is expressed as a description of physical material formed from DNA, whereas phenotype is the physical form of organisms. In the science of architecture genotype was an abstract relational model that governs the arrangement of space, and the principle of organizing space while phenotype was a physical form of architecture. From the theory of genotypes and phenotypes in architecture that have been discovered before. Then an understanding of the connectedness of the theory was needed in terms of DNA architecture. In biology, DNA was the core of the structural system carried by organisms from generation to generation. The research samples were 69 traditional Malay houses in West Kalimantan, Indonesia. The method used in this research was Levi Strausse structuralism and the process of biological systems through forward genetics approach, the process identification DNA from variant phenotype data. DNA term was analogous from biology to architecture. Through these methods found ways to find DNA architecture through 3 stages, namely the syntactic process of space, the process of translation and transcription. The results found the RI-PL-RA code which has value and meaning as a traditional Malay house rule in West Kalimantan which was always handed down from generation to generation. The code can be a source of DNA information for architecture traditional Malay house in West Kalimantan.

Kata Kunci : DNA arsitektur, rumah tradisional, melayu

  1. S3-2020-407981-abstract.pdf  
  2. S3-2020-407981-bibliography.pdf  
  3. S3-2020-407981-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2020-407981-title.pdf