Laporkan Masalah

Perancangan Ekomuseum Kasepuhan Sinar Resmi

KEMUNING A A, Dr. Eng. Ir. Laretna Trisnantari Adishakti, M.Arch.

2020 | Skripsi | S1 ARSITEKTUR

Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman budaya, baik budaya tangible maupun intangible. Salah satu jenis budaya intangible atau budaya tak benda yang sangat berpengaruh di Indonesia adalah budaya tani. Hal ini dipengaruhi oleh sifat negara Indonesia sebagai negara agraris. Banyak suku bangsa yang menciptakan kalender pertanian berdasarkan adat istiadat dan melaksanakan ritual khusus terkait pertanian. Sayangnya, dari tahun ke tahun, luas lahan pertanian dan jumlah petani mulai menurun. Ditambah lagi, didapati bahwa usia pekerja sektor tani yang dominan berkisar dari 45-50 tahun. Hal ini mengarah pada kesimpulan bahwa ketertarikan generasi muda untuk bekerja di sektor tani mulai menurun, sehingga kekayaan budaya tani di Indonesia mengalami ancaman kepunahan. Hal ini mendorong kebutuhan akan adanya suatu ekomuseum yang melestarikan alam dan budaya secara in-situ dan dioperasikan oleh masyarakat lokal. Dalam perancangan ekomuseum ini, digunakan 4 metode yaitu metode observasi, studi pustaka, wawancara, dan studi kasus. Ditemukan permasalahan-permasalahan, di antaranya : 1.) Bagaimana cara arsitektur melestarikan kebudayaan dan alam dengan melibatkan masyarakat lokal, 2.) Bagaimana cara menciptakan arsitektur baru di kawasan arsitektur pusaka, dan 3.) Bagaimana arsitektur dapat mendorong generasi muda untuk mencintai kebudayaan mereka sendiri. Konsep yang diangkat adalah Ekomuseum untuk, oleh, dan dari Kasepuhan, di mana dalam penerapannya difokuskan pada 4 poin utama, yaitu membuat ekomuseum yang sustainable, humanis, melestarikan, dan merespon alam. Dengan konsep tersebut, diharapkan tercipta suatu wadah bagi masyarakat untuk melestarikan alam dan kebudayaan yang dimiliki tanpa mengubah aktivitas, kebiasaan, dan keseharian mereka. Ekomuseum ini juga diharapkan menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia khususnya generasi muda bahwa kebudayaan yang kita miliki sangat berharga dan sangat membanggakan sehingga perlu dijaga dan dilestarikan.

Indonesia is not only rich in natural resources, but also cultural heritage diversities, both tangible and intangible. One of the most prominent intangible heritage in Indonesia is agricultural heritage because Indonesia is an agrarian country. There is a lot of ethnic groups in Indonesia that have customs on determining agricultural calendar and carry out special rituals related to agriculture. Unfortunately, in the past few years, the farmland areas and the number of farmers started to decrease. Also, it was found out that the dominant workers� age in the agricultural sector is ranged from 45-50 years old. This leads to the conclusion that the younger generation is less interested in working in this sector so that the agricultural heritage in Indonesia facing the threat of extinction. Hence, the need for an ecomuseum as an in-situ natural and cultural preservation facility is inevitable. The ecomuseum also involves ethnic group members to operate and maintain this facility by themselves. To collect the data needed, the writer used 4 methods such as observation, literature study, interview, and case study. Several problems related to ecomuseum designing process were found, that is: 1.) How to preserve heritage and nature by involving the local community, 2.) How to do an architectural intervention in a heritage site, and 3.) How architecture encourages the younger generation to support and be proud of their own culture. The concept raised for this design is �Ecomuseum for, by, and from Kasepuhan (Indigenous Community)�, that is applied within 4 main points, which is sustainable, humanist, preserves, and responds to nature. With this concept, the writer hopes to create a facility for the local community to preserve their natural and cultural heritage without interrupts their activities, habits, and daily lives. This ecomuseum is also expected to be an example for Indonesian especially the younger generation so that they figure out how valuable their culture is and be proud of it.

Kata Kunci : ekomuseum, desa adat, komunitas adat, intangible heritage

  1. S1-2020-394857-abstract.pdf  
  2. S1-2020-394857-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-394857-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-394857-title.pdf