Faktor-Faktor yang Menentukan Konsistensi Ruang di dalam Masjid Pathok Negara Ad-Darojat Babadan Kauman, Bantul
DENNY HULDIANSYAH, Prof. Ir. T. Yoyok Wahyu Subroto, M. Eng., Ph. D.
2020 | Tesis | MAGISTER ARSITEKTURDalam konsep tata ruang Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat terdapat 4 (empat) masjid yang berperan sebagai batas wilayah kesultanan di 4 (empat) penjuru mata angin yang lebih dikenal sebagai masjid pathok negara. Setiap masjid memiliki cerita sejarahnya tersendiri mengenai kehadirannya sejak masa kesultanan hingga sekarang ini. Salah satu masjid pathok negara yang menjadi aktor utama dalam penelitian ini adalah Masjid Pathok Negara Babadan. Keunikan sejarah yang dimiliki masjid ini menjadi salah satu yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian dengan lokus tersebut. Masjid Pathok Negara Babadan pernah dipindahkan dari kawasan lamanya di Babadan Lama di Bantul ke kawasan baru bernama Babadan Baru di Sleman atas instruksi Jepang. Ketika Jepang meninggalkan Yogyakarta, masjid kemudian dibangun kembali di kawasan lamanya di Babadan Lama yang sekarang dikenal sebagai Babadan Kauman. Dalam setiap masanya, Masjid Pathok Negara Babadan memperlihatkan proses perkembangan arsitektur yang cukup signifikan dalam segi fisik penampilan hingga ruang-ruang di dalamnya. Dibalik setiap perubahan yang terjadi, terdapat keberadaan ruang-ruang yang di yakini masih eksis dan konsisten hingga sekarang ini. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan paradigma rasionalistik dalam proses pengambilan data serta informasi di lapangan amatan. Eksplorasi lapangan dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi, serta wawancara secara mendalam kepada beberapa informan di sekitar Masjid Pathok Negara Babadan. Analisis data menggunakan berbagai metode yang meliputi metode historiografik-diakronik, metode analisis morfologi, sistem koordinat Kartesius, serta grafik justified access graph. Hal ini dilakukan guna mengungkap proses perkembangan masjid secara spasial melalui rekonstruksi denah masjid dari masa ke masa serta mengungkap konsistensi ruang di dalam masjid dari 3 (tiga) aspek keruangan secara bentuk, fungsi, dan tatanannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tersebut. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa ruang-ruang yang konsisten di dalam Masjid Pathok Negara Babadan meliputi ruang pangimaman sebagai ruang bagi imam dalam memimpin ibadah salat, liwan atau ruang ibadah utama, serta serambi tengah sebagai ruang untuk segala aktivitas masjid. Konsistensi ini dipengaruhi oleh faktor faktor utama yang meliputi faktor sejarah, faktor otoritas keraton sebagai pemilik masjid-masjid kesultanan, serta faktor teknis yang berasal dari masyarakat sebagai pengguna serta pemelihara Masjid Pathok Negara Babadan.
In the spatial concept of the Sultanate of Ngayogyakarta Hadiningrat there are 4 (four) mosques that serve as the sultan's borders in the 4 (four) points of the compass known as the pathok negara mosques. Each mosque has its own history of its existence from the time of the sultan to the present day. One of the pathok negara mosques becoming the main figure in this study is the Masjid Pathok Negara Babadan. The uniqueness of this mosque's history is one of the background of researching the locus. Masjid Pathok Negara Babadan has been relocated from the old area in Babadan Lama, Bantul to a new area called Babadan Baru in Sleman at the instruction of Japan. When the Japanese left Yogyakarta, the mosque was rebuilt in its old area in Babadan Lama which is now known as the Babadan Kauman. In each instance, the Pathok Negara Babadan Mosque shows a significant process of architectural development in terms of physical appearance to the spaces in it. Despite each change, there are spaces that are believed to exist and are consistent today. The research using qualitative method with rationalistic paradigm in the process of data and information collections in the field of observation. Field exploration conducted by observation, documentation, and in-depth interview with several informants around Masjid Pathok Negara Babadan. Data analysis using several methods, including historiography-diachronic method, morphological analysis, Cartesian coordinate systems (CCS), and Justified access graph (JAG) as well. This research was carried out in order to reveal the development process spatially through the reconstruction of the mosque plan over time and to reveal the consistency of space in the mosque based on 3 (three) different spatial aspects in shape, function and order or layout as well as the factors that affect its consistency. The findings of the study indicate that the consistent spaces in Masjid Pathok Negara Babadan include pangimaman as a space for imam (religious priest) to lead the prayers, liwan or main prayer hall, and central verandah (serambi tengah) for all mosque activites as well. The consistency of those spaces is influenced by 3 (three) main factors, including the historical factor, the palace (keraton) authority as the owner of the sultanate mosques, and technical factor derived from the local society in Babadan Kauman as users as well as caretakers of Masjid Pathok Negara Babadan
Kata Kunci : Babadan Kauman, Konsistensi Ruang, Masjid, Pathok Negara