Laporkan Masalah

Tubuh Tari: Wacana yang Dipergumulkan (Studi Kasus Pengaruh Kesehatan dan Spiritualitas Pada Tubuh Penari Jaipong)

ANGGITA PUTRI S, Dr. G. R. Lono Simatupang, M.A

2020 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Tari Jaipong populer sebagai ikon kesenian Jawa Barat. Melalui tari Jaipong, kita dapat melihat kehidupan pergaulan pemuda-pemudinya. Gerakan dinamis, maskulin, penuh tenaga, juga terkadang lembut membuat tari Jaipong diterima bahkan digandrungi oleh masyarakat lokal. Hampir seluruh gerakannya didukung oleh postur punggung melengkung ke dalam, atau tenggeng. Oleh karenanya, terdapat pandangan umum semakin tenggeng seorang penari Jaipong, maka semakin indah tari Jaipong ketika dibawakan. Namun, melalui observasi yang telah dilakukan pada sebuah sanggar tari Jaipong, Putra Purnayudha, pembiasaan punggung melengkung yang tidak sesuai dengan bentuk normal tentu akan diikuti dengan risiko kesehatan. Lumbar lordosis, kondisi punggung membentuk kurva ke dalam bukan saja berpengaruh kepada visual, tetapi juga dapat berakibat fatal bagi fungsi punggung dan bagian tubuh lainnya. Risiko lumbar lordosis diketahui menjadi risiko kesehatan yang membayangi penari Jaipong akibat latihan keras dengan durasi panjang. Akan tetapi, tidak seluruh penari Jaipong memiliki pengetahuan akan risiko tersebut. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, Beberapa yang mengetahui bahkan bersikap acuh tak acuh. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang menjadikan penari Jaipong tidak memiliki rasa peduli terhadap risiko lumbar lordosis. Diketahui hasil penelitian menunjukkan spiritualitas dalam diri penari Jaipong menjadi pendorong penari untuk terus atau berhenti menari. Bentuk-bentuk spiritualitas pada penari Jaipong bergabung hingga bertarung, memunculkan sebuah bentuk spiritualitas yang kuat. Ia dapat mengontrol tubuh melalui keputusan-keputusan yang diambil oleh penari, dengan menggeser risiko lumbar lordosis sebagai penguasa, pemegang kontrol, dan batas tubuh penari Jaipong.

Jaipong dance is famous as an icon of West Java art. Through Jaipong Dance, we can see the social life of young people. Dynamic, masculine, energetic, and sometimes gentle movements make Jaipong dance accepted and even loved by the local community. Nearly all of his movements are supported by a curved back posture or tenggeng. Therefore, there is a general view that the more tenggeng a Jaipong dancer, the more beautiful the Jaipong dance will be. However, through observations that have been made at a Jaipong dance studio, Putra Purnayudha, the habit of curved backs that are not in accordance with normal shape will certainly be followed by health risks. Lumbar lordosis, the condition of the back forming an inward curve, not only affects the visual but can also be fatal to the function of the back and other body parts. The risk of lumbar lordosis is known to be a health risk overshadowing Jaipong dancers due to hard training with a long duration. However, based on interviews, not all Jaipong dancers have knowledge of these risks. Some who know even act nonchalantly. Therefore, research is conducted to find out what factors make Jaipong dancers do not have a sense of caring about the risk of lumbar lordosis. It is known that the results of the study show that spirituality in Jaipong dancers has become a driving force for dancers to continue or stop dancing. The forms of spirituality in the Jaipong dancers join in the fighting, giving rise to a strong form of spirituality. He can control the body through the decisions taken by the dancer, by shifting the risk of lumbar lordosis as the ruler, holder of control, and the body limit of the Jaipong dancer.

Kata Kunci : Kata kunci: penari, tari Jaipong, lumbar lordosis, spiritualitas, kekuasaan. (Keywords: dancer, Jaipong dance, lumbar lordosis, spirituality, power. )

  1. S1-2020-399483-abstract.pdf  
  2. S1-2020-399483-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-399483-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-399483-title.pdf