Laporkan Masalah

DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALUR JALAN LINTAS SELATAN (JJLS) DI YOGYAKARTA TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN HARGA LAHAN

HENDRY EDY, Prof. Dr. M. Baiquni., M.A.

2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU LINGKUNGAN

Pembangunan infrastruktur Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) merupakan program Nasional yang melewati 5 provinsi yang ada di Pulau Jawa yaitu Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Di Yogyakarta Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) melewati 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo. Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Jetis, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul dan Desa Sindutan, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sikap dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan JJLS, menganalisis perubahan penggunaan lahan di sekitar wilayah pembangunan JJLS, mengkaji dan menganalisa perubahan harga yang terjadi, mengkaji dan menganalisa pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam AMDAL pada proyek pembangunan JJLS. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Perubahan penggunaan lahan didapatkan dari Analisis Overlay Citra Satelit dalam rentang waktu, yaitu sebelum JJLS dibangun dan setelah JJLS dibangun. Penentuan desa yang menjadi tempat penelitian ditentukan dengan metode purposive dan pengambilan data diambil dengan metode wawancara mendalam (depth interview) pada informan yang mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Dari hasil penelitian didapatkan sikap dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Jetis Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul, Desa Gadingsari Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul dan Desa Sindutan Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo adalah menerima secara positip dan baik terhadap pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Masyarakat mempunyai anggapan bahwa dengan adanya infrastruktur yang baik maka daerahnya akan semakin ramai dan akan meningkatkan penghasilan. Untuk perubahan penggunaan lahan menjadi lahan permukiman yang terbesar terjadi di Desa Sindutan. Luas lahan permukiman sebelum dibangun JJLS seluas 17.52 hektar menjadi 32.70 hektar setelah pembangunan JJLS. Perubahan harga lahan tertinggi terjadi di Desa Sindutan. Harga lahan yang berada di tepi JJLS sebelum pembangunan JJLS berkisar Rp 300.000 sampai Rp. 350.000 ribu rupiah sedangkan setelah adanya pembangunan JJLS harga lahan berkisar Rp 1.800.000 sampai Rp 2.000.000,-. Terjadi kenaikan harga lahan yang signifikan

The Southern Trans-Java Route (Jalur Jalan Lintas Selatan JJLS) infrastructure development is a national program that goes through 5 provinces in the island of Java, namely the Provinces of East Java, Provinces Central Java, Provinces Yogyakarta Special Region, Provinces West Java, and Provinces Banten. In Yogyakarta, the Southern Trans-Java Route (JJLS) cuts across 3 (three) regencies, which are Gunungkidul Regency, Bantul Regency, and Kulonprogo Regency. This research selected locations in Jetis Village, Saptosari District, Gunungkidul Regency, Gadingsari Village, Sanden District, Bantul Regency, and Sindutan Village, Temon District, Kulonprogro Regency for its study. The aims of this research are to analyze the publicas attitude and perception concerning the development of JJLS, to analyze changes in land use around the area of JJLS development, to study and analyze the Environmental Management Plan in the Environmental Impact Analysis of the JJLS development project. The research method employed in this study is the qualitative descriptive analysis method. Change in land use was acquired from an overlay analysis of satellite imagery within a range of period, namely before JJLS development and after JJLS development. The villages set as study locations were determined by purposive method and data collection was conducted through in-depth interviews with informants who understand the issues relevant to the research objectives. Based on the acquired study results, it was found that the publicas attitude and perception concerning the development of the Southern Trans-Java Route (JJLS), in the Village of Jetis, Saptosari District, Gunungkidul Regency, the Village of Gadingsari, Sanden District, Bantul Regency, and the Village of Sindutan, Temon District, Kulonprogo Regency, was to positively accept the development of the Southern Trans-Java Route (JJLS). The public assumes that given proper infrastructure availability their region would increasingly become more lively and consequently lead to an increase of income. In terms of change in land use into becoming residential land, Sindutan Village observed the largest change. The size of residential land before JJLS development was 17.52 hectares and it had become 32.70 hectares following its development. The highest change in land price took place in Sindutan Village. The price of land along JJLS prior to its development was approximately at IDR 300,000 to IDR 350,000 and now after the development of JJLS, the land price is estimated at around IDR 1,800,000 to IDR 2,000,000. A significant increase in land price occurred.

Kata Kunci : Landscape, Infrastructure, Overlay

  1. S3-2019-372845-abstract.pdf  
  2. S3-2019-372845-bibliography.pdf  
  3. S3-2019-372845-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2019-372845-title.pdf