Laporkan Masalah

Diri dan Liyan dalam 'Arsy al-Muluk karya Abdullah bin Muhammad al-Misri: Analisis Pascakolonialisme Edward Said

ANJASMORO WIBOWO, Dr. Sudibyo, M.Hum.

2019 | Skripsi | S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Penelitian ini membahas relasi Abdullah al-Misri, sebagai pekerja dalam pemerintahan Hindia-Belanda dan sebagai keturunan Arab, dengan orang bumiputra dan pejabat kolonial Hindia-Belanda, serta membahas diri dan liyan yang terdapat pola pikir dan pola kedekatan, baik dengan orang bumiputra maupun dengan pejabat kolonial Hindia-Belanda, yang dimiliki oleh Abdullah al-Misri dalam kehidupannya sebagai keturunan Arab di Hindia-Belanda. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori pascakolonialisme yang diungkapkan oleh Edward Said dari bukunya yang berjudul Orientalism. Data penelitian diperoleh dari pembacaan atas suntingan yang dilakukan oleh Monique Zaini-Lajoubert. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis. Dalam 'Arsy al-Muluk, Abdullah al-Misri, sebagai diri, menyanjung pemimpin Arab dan pemimpin orang kulit putih, yang diwakili oleh Mareskalek, sekaligus mencela raja-raja Jawa dan rakyat bumiputra sebagai liyan. Dalam perjalanan diri tersebut, terdapat resistensi dari liyan yang mempertanyakan kehendak diri, meskipun dalam 'Arsy al-Muluk resistensi tersebut selalu dimenangkan oleh Mareskalek, citra diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Abdullah al-Misri, sebagai diri, menggunakan 'Arsy al-Muluk sebagai upaya penyetaraan dengan Eropa ditunjukkan dengan penyanjungan yang dilakukan olehnya, ia ingin menjadi bagian dari orang Barat tanpa harus sepenuhnya menjadi "Barat". Oleh karena itu, ia tidak menunjukkan diri menjadi bagian dari bumiputra, liyan, yang bodoh, kolot, dan tidak becus memimpin dengan melakukan pencelaan terhadap mereka.

This research discusses Abdullah al-Misri' relation, as goverment's worker and as Arab descendant, with natives and colonial's government worker, also discuss self and the other that found in 'Arsy al-Muluk. The purpose of this study is to describe the mindset and pattern of closeness, with natives or with colonial's government worker, possessed by Abdullah al-Misri in his life as an Arab descendant in Hindia-Belanda. This reseaech was conducted using postcolonial theory which was expressed by Edward Said from his book entitled Orientalism. The research data were obtained by reading of edits made by Monique Zaini-Lajoubert. The method used in this research is descriptive-analytic. In 'Arsy al-Muluk, Abdullah al-Misri, as self, flattered Arab leaderd and white leaderd, represented by Mareskalek, while denouncing Javanese Kings and natives as the other. In the journey of self, there is resistance from others who question their self-will, although in 'Arsy al-Muluk the resistance is always won by Mareskalek, self-image. The result of this research shows that Abdullah al-Misri, as self, uses 'Arsy al-Muluk as an equalization effort with Europe as indicated by his constant adoration, he wants to be a part oh "The west" without having to be fully "Western". In addition, he did not to be a part of an ignorant, old-fashioned, and incompetent natives by criticizing the other.

Kata Kunci : diri, liyan, Mareskalek, penyanjungan, pencelaan, resistensi/self, the other, Mareskalek, flattery, denounce, resistance

  1. S1-2019-385748-abstract.pdf  
  2. S1-2019-385748-bibliography.pdf  
  3. S1-2019-385748-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2019-385748-title.pdf