FOTOGRAFI DOKUMENTER: NAGARI TUO PARIANGAN DAN RUMAH GADANG YANG DITINGGALKAN
Muhammad Alzaki Tristi, Wisnu Martha Adiputra, SIP. M.Si.; Budi N.D. Dharmawan
2019 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASILaporan tugas akhir ini berisi proses pengerjaan liputan jurnalistik tentang rumah gadang adat Minangkabau yang mengalami kerusakan akibat ditinggalkan pemiliknya di Nagari Tuo Pariangan, Sumatra Barat. Hasil liputan ini berbentuk artikel fotografi dengan pendekatan dokumenter yang telah dipublikasikan di situs National Geographic Indonesia. Proses pengerjaan liputan ini dimulai dari penyusunan konsep, persiapan liputan, mengumpulkan data, mengolah data, memotret, menulis artikel, penyuntingan, hingga publikasi. Hasil liputan menunjukkan kondisi dari keberadaan rumah-rumah gadang di Nagari Tuo Pariangan yang kritis akibat ketidakpedulian pewaris dan kaum adatnya. Ketidakpedulian disebabkan oleh konflik internal kaum adat mengenai sulitnya menemukan kata sepakat dalam perbaikan rumah gadang dan memilih untuk hidup terpisah dari ikatan keluarga komunal. Faktor lain seperti biaya perawatan yang mahal, sulitnya program pemerintahan yang masuk ke dalam urusan adat, dan punahnya keturunan perempuan dalam pewarisan rumah gadang, menambah deretan panjang terbengkalainya rumah-rumah adat Minangkabau ini. Pendekatan fotografi dokumenter erat dikaitkan dengan objektivitas, sehingga mampu menunjukkan lapisan-lapisan secara deskriptif dan kritis dari permasalahan rumah gadang di Nagari Tuo Pariangan.
This final report explains the process of journalistic reportage about the abandoned Minangkabau traditional �rumah gadang� in Nagari Tuo Pariangan, West Sumatra. The output of this reportage is a photography article with a documentary approach published on the National Geographic Indonesia website. The process of this reportage starts with drafting, preparing, collecting data, processing data, taking photographs, writing articles, editing, and publishing. The results of this reportage showed the condition of the rumah gadang in Nagari Tuo Pariangan which were critical due to the ignorance of the owners and adat people. Indifference is caused by internal conflicts of the adat people about the difficulty to finding the dealing for repairing and choosing to live separately from the communal family ties. The other factors such as expensive maintenance costs, the difficulty of government programs that enter into traditional affairs, and extinction of female descendants in the inheritance of the rumah gadang, extanding the conflict in Minangkabau traditional houses. The documentary photography approach is close to objectivity which able to show the layers descriptively and critically of these problems.
Kata Kunci : Fotografi dokumenter, rumah gadang, Nagari Tuo Pariangan, Minangkabau