Pusat Komunitas Film dengan Pendekatan Fleksibilitas Ruang
AMELIA ENINTA KARINA MUNTHE, Dyah Titisari Widyastuti, ST., MUDD.
2019 | Skripsi | S1 ARSITEKTURTingginya minat masyarakat terhadap film menciptakan terbentuknya komunitaskomunitas film di kota Yogyakarta. Komunitas tersebut tidak hanya banyak, tetapi juga berprestasi baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Namun, seringkali karya-karya film yang terkenal dan di apresiasi di negara lain tersebut malah kurang diketahui di negara asalnya yaitu Indonesia. Hal ini disebabkan karena tidak adanya wadah untuk mengapresiasi dan mempromosikan industri perfilman independen di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Solusi untuk menjawab kebutuhan tersebut adalah dengan perancangan Pusat Komunitas Film di kota Yogyakarta. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menciptakan sebuah bangunan yang dapat menjadi pusat kegiatan perfilman Yogyakarta serta dapat mewadahi komunitas-komunitas film yang ada di Yogyakarta untuk berkembang. Seringkali kegiatan yang dilakukan komunitas film melibatkan kuantitas orang yang tidak tetap sehingga dibutuhkan ruang-ruang yang dapat menampung kegiatan dengan kapasitas yang fleksibel, dari sedikit hingga jumlah yang cukup besar, serta pola penataan ruang bahkan suasana yang fleksibel atau dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan pengguna. Permasahan tersebut dapat diselesaikan dengan penggunaan konsep fleksibilitas ruang. Konsep fleksibilitas ruang memungkinkan terjadinya perubahan penataan ruang sesuai dengan kebutuhan baik dari luasan, karakter ruang, kapasitas hingga bentuk model tanpa mengubah bangunan secara keseluruhan. Apabila dirancang dengan baik, bangunan tersebut dapat menjadi amenitas publik, dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Konsep fleksibilitas ruang pada Pusat Komunitas Film ini akan dituangkan dalam bentuk elemen pelingkup ruang/dinding, material, elemen bukaan dan tampilan bangunan.
High public interest towards film create a lot of film communities in the city of Yogyakarta. The community is not only numerous, but also have a lot of achievements both nationally and internationally. However, those films that are well-known and appreciated in other countries are less known in Indonesia. This is due to the lack of place to appreciate and promote independent film industry in Indonesia, especially in Yogyakarta. The solution to answer those needs is by designing a Film Community Center in the city of Yogyakarta. The purpose of this paper is to create a building that can become the center of Yogyakarta�¢ï¿½ï¿½s film activities and accommodate film communities in Yogyakarta to develop. Often, the activities carried out by the film community involve the quantity of people who are changeable, so they need a space that can accommodate activities with flexible capacities, from a small amount to a sufficiently large number, a flexible spatial patterns and even a flexible or changeable atmosphere according to user needs. This question can be solved by using the concept of space flexibility. The concept of space flexibility allows for spatial changes in accordance with the needs of the area, the character of space or the capacity to form the model without changing the whole building. If it is well designed, the building can also become a public facility and have a positive impact to the community. The concept of space flexibility at the Film Community Center will be outlined in the form of scopes of space/ walls, materials, elements of facade and appearances of building.
Kata Kunci : community center, film, komunitas film, fleksibilitas ruang, film community, space flexibility