Perhitungan dan Rating Economic Value Added (EVA) Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI
ROFIQA ATRIANTI, Dra. Sufitri, M.M
2019 | Tugas Akhir | D3 MANAJEMENPenelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya nilai EVA pada perusahaan di sektor industri farmasi, sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya penciptaan nilai ekonomis untuk memenuhi harapan investor. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui rating EVA perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Obyek penelitian ini adalah 7 perusahaan sektor industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017. Jenis penelitan ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan perhitungan konsep EVA. Konsep Economic Value Added (EVA) mengukur penambahan nilai dari suatu investasi dengan mempertimbangkan biaya modal sebagai salah satu risiko perusahaan. EVA merupakan selisih antara laba operasi setelah pajak (net operating profit after tax) dengan biaya modal (Cost of Capital). Nilai EVA yang positif (EVA>0) menunjukan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah sehingga kinerja perusahaan dalam kondisi baik. NIlai EVA yang negative (EVA<0) menunjukan perusahaan tidak dapat menciptakan nilai ekonomis sehingga kinerja perusahaan kurang baik. Nilai EVA=0 maka hasil yang didapatkan adalah impas. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode EVA menunjukan bahwa 3 perusahaan farmasi selalu menciptakan nilai EVA yang positif selama periode 2014-2017 yaitu PT. Kalbe Farma, PT. Merck, dan PT. Sido Muncul. Perusahaan yang selalu menghasilkan nilai postif selama empat tahun berturut-turut menunjukan bahwa perusahaan dapat menciptkan nilai ekonomis, memiliki kinerja perusahaan yang baik, dan mampu memenuhi harapan investor. Nilai EVA tertinggi dari ketujuh perusahaan farmasi yaitu PT. Kalbe Farma dengan nilai EVA pada periode 2014-2017 sebesar Rp. 2,497,136,828,809,-; Rp. 1,833,309,565,917,- ; Rp. 1,608,467,259,502,-; dan Rp. 2,842,720,625,655,-. Nilai EVA PT. Kalbe Farma memiliki nilai tertinggi dibandingkan enam perusahaan lain karena PT. Kalbe Farma mengalami kenaikan EVA yang cukup signifikan setiap tahunnya disbanding perusahaan farmasi yang lain. Hal ini menunjukan PT. Kalbe Farma dapat menciptakan nilai ekonomis, memiliki kinerja yang baik, dan dapat memenuhi harapan investor.
ndonesia is one of the countries with the fastest growing pharmaceutical market in the world. However, with the rapid growth of the pharmaceutical market, the likelihood of the risks obtained by the company also increasing. So that each pharmaceutical company needs to pay attention to risks in assessing the performance of its company. This assessment can be done using the Economic Value Added. Based on calculations using the EVA method, the pharmaceutical companies listed on the Stock Exchange have been able to create added value for the company despite fluctuations. There are 3 companies that always create positive EVA values, namely PT. Kalbe Farma, PT. Merck, and PT. Sido Muncul, this shows that the management performance of the three companies is good and able to create economic value for companies and shareholders amid the risks that exist. Then, there are 4 companies that do not always create positive EVA values, namely PT. Tempo Scan Pacific, PT. Kimia Farma, PT. Indofarma, and PT Pyridam Farma. For 2017, only one company produces a negative EVA value, namely PT. Kimia Farma Rp. -40,776,626,477. The average for each company that experiences fluctuations in the value of EVA is due to changes that occur in the components of EVA values, namely Net Operating After Tax (NOPAT) and Capital Charge (CC). Therefore, it is important for each company to increase Nopat and reduce capital costs as a company risk.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan,Risiko Perusahaan,Economic Value Added (EVA)