DINAMIKA PENGEMBANGAN BATIK TULIS LASEM DI ERA DISRUPTION
ALI ROZIQIN, Dr. Nunuk Dwi Retnandari, M.Si
2019 | Tesis | MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIKBatik sebagai salah satu industri kreatif memiliki peran penting terhadap pengembangan ekonomi lokal. Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk membahas batik tulis lasem, Kabupaten Rembang. Batik lasem berbeda dengan beberapa batik yang beredar di masyarakat seperti Surakarta, Yogyakarta, dan Pekalongan. Disisi lain situasi sosial masyarakat sedang mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi. Kondisi ini sering disebut dengan era disruption. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana dinamika pengembangan batik tulis lasem dengan pendekatan konsep triple helix yang bertujuan untuk menganalisis peran dari ketiga stakeholders yang ada, yaitu pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia usaha dalam menyiapkan batik tulis lasem di era disruption. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan observasi, wawancara dan studi pustaka untuk mendukung argumen dari peneliti. Hasil penelitianya adalah baik pemerintah, perguruan tinggi dan dunia usaha, belum mempunyai tujuan yang sama terkait menghadapi era disruption. Hal ini salah satunya dikarenakan oleh belum adanya payung hukum yang jelas untuk mengatur mekanisme kerjasama atau kolaborasi ketiga stakeholders tersebut. Beberapa kegiatan yang dilakukan pemerintah masih berkutat pada mekanisme manajemen-manajemen lama, seperti pelatihan pembukuan, pewarnaan, bantuan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) dan perlindungan batik tulis lasem melalui peraturan bupati. Pengusaha batik dituntut untuk terus inovasi dan beradaptasi sendiri dengan perubahan lingkungan sosial yang ada. Pengusaha yang mempunyai modal besar justru cenderung tidak memanfaatkan internet untuk memperluas jaringanya. Sedangkan bagi pengusaha batik level menengah kebawah sangat memanfaatkan internet untuk mendukung usahanya. Sedangkan dari pihak perguruan tinggi juga belum memberikan pengaruh yang siginifikan memberikan pemahaman kepada pengusaha tentang tantangan di masa depan. Berdasarkan temuan dan analisis tersebut maka penulis mencoba memberikan saran yaitu masing-masing stakeholder perlu menjalin kolaborasi terlebih lagi terkait dengan era digital. Pemerintah juga perlu membuat mekanisme yang jelas tentang kolaborasi dan lingkungan yang mendukung bagi pengembangan batik tulis lasem dalam menghadapi era disruption. Pihak kampus perlu memberikan pemahaman dan lingkungan yang mendukung bagi mahasiswa, supaya bisa menerapkan nilai-nilai entrepreneurship. Selain itu pengusaha juga butuh pemahaman megenai tantangan dan peluang di masa depan khususnya era disruption
Batik as one of the creative industries has an important role in the development of the local economy. In this study, Reseacher interested to discuss batik tulis lasem. Batik lasem is different from some batik in other regions such as Surakarta, Yogyakarta, and Pekalongan. On the other hand, the social situation in community is undergoing changes. It is caused by the development of information technology. This situation is often rerferred as disruption era. This research was conducted how analyse the dynamics of the development of Batik Tulis Lasem with the triple helix concept approach that aims to analyze the role of the three existing stakeholders, namely the government, universities, and the business in preparing written batik in disruption era. The researcher used descriptive qualitative research methods with observation, interviews and literature to support the arguments of the researchers. The results of his research are Government, College and the business, have not had the same goals related to facing the digital era. This is partly due to the absence of a clear legal formal to regulate the mechanism of cooperation or collaboration of the three stakeholders. Some activities carried out by the government are still struggling with the old management mechanisms, such as bookkeeping training, coloring, intellectual property rights and protection of written batik through regent regulations. Batik entrepreneurs are required to continue to innovate and adapt themselves to changes in the existing social environment. Entrepreneurs who have large capital actually tend not to use the internet to expand their network. Whereas for middle-level batik entrepreneurs down the very use of the internet to support their business. Meanwhile from the college, Kab. Rembang also has not given significant influence to give understanding to employers about challenges in the future. Based on the findings and analysis, Researcher tries to give advice, each stakeholder needs to collaboration, especially related to era disruption. The government also needs to make a clear mechanism for collaboration and the environment that supports the development of batik tulis lasem in the face of era disruption. The campus needs to provide understanding and a supportive environment for students, so they can implement entrepreneurial values. In addition, entrepreneurs also need an understanding of the challenges and opportunities in the future, especially in disruption era.
Kata Kunci : Era Disruption, Stakeholders, Batik tulis lasem