Analisis Value Chain Komoditas Mete di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

RIZKA FITRIA F, Dr. Abdur Rofi, S.Si., M.Si.

2019 | Skripsi | S1 GEOGRAFI LINGKUNGAN

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu daerah yang mengembangkan komoditas mete. Hal tersebut ditunjukkan dengan luas tanam mete terluas sebesar 11.114,25 ha atau sekitar 89% di DIY. Bahkan komoditas mete ditetapkan menjadi komoditas unggulan lokal. Namun demikian, hasil produksi mete di Gunungkidul dinilai belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola rantai nilai komoditas mete di Kabupaten Gunungkidul, mengetahui nilai tambah ekonomi mete pada pola perdagangan mete di Kabupaten Gunungkidul, dan menentukan strategi penguatan rantai nilai komoditas mete di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Semin dan Karangmojo yang memiliki produksi tertinggi di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dengan aktor rantai nilai dengan snowball. Informan yang digunakan yaitu para petani mete dan aktor yang terlibat dalam saluran perdagangan mete di Kabupaten Gunungkidul. Analisis data memanfaatkan analisis rantai nilai dan SWOT guna penentuan strategi penguatan rantai nilai. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) terbentuk dua saluran perdagangan mete di Kabupaten Gunungkidul yaitu petani - pengumpul desa/kecamatan - konsumen sebagai saluran pertama dan petani - pengumpul desa/kecamatan - pedagang - konsumen sebagai saluran kedua. (2) Nilai tambah komoditas mete oleh petani sebesar 0% karena hanya menjual mete gelondongan, pengumpul 29% hingga 41% untuk mete kupas, dan 33% hingga 44% untuk mete matang, dan pedagang sebesar 3% hingga 18% untuk mete kupas dan 10% hingga 22% untuk mete matang. Nilai tambah pada produk mete disebabkan oleh adanya perlakuan terhadap produk mete dan aktor penyumbang nilai tambah tertinggi yaitu pengumpul. (3) Usulan strategi yang diberikan yaitu, (a) mendaftarkan Indikasi Geografi (IG) mete Gunungkidul guna mendapatkan sertifikasi mete Gunungkidul, (b) peningkatan teknologi budidaya, (c) peningkatan mutu SDM, (d) pengembangan agroindustri berbasis jambu mete, dan (e) pemberdayaan kelembagaan agribisnis mete.

Gunungkidul Regency is one of the regions that produce the cashew commodities. Cashew planting area in this region is 11,114.25 ha or around 89% in DIY and is the widest planting area. Even the cashew commodity is determined to be a local competitive commodity. However, quality of the commodity still low . This study aims to determine the pattern of the value chain of cashew commodities in Gunungkidul Regency, to know the value of cashew economy in the cashew trade pattern in Gunungkidul Regency, and determine the strategy to strengthen the value chain of cashew commodities in Gunungkidul Regency. This research was conducted in Semin and Karangmojo Subdistricts which had the highest production in Gunungkidul Regency in 2014. Data collection was done by interviewing actors with value chains with snowball. The informants used were cashew farmers and actors involved in the cashew trade channel in Gunungkidul Regency. Data analysis utilizes value chain analysis and SWOT to determine value chain strengthening strategies. The results of this study indicate (1) formed two channels of cashew trade in Gunungkidul Regency namely farmers - village / sub-district collectors - consumers as the first channel and farmers - village / sub-district collectors - traders - consumers as the second channel. (2) Farmers' cashew added value by 0% because they only sell cashew nuts, collectors 29% to 41% for cashew peeled and 33% to 44% for mature cashew, and traders for 3% to 18% for cashew peel and 10% to 22% for cooked cashew The added value of cashew products is caused by the treatment of cashew products and the highest contributing actors, namely collectors. (3) Proposed strategies are provided, namely (a) registering Gunungkidul cashew Indication (IG) Indications for obtaining Gunungkidul cashew certification, (b) improving cultivation technology, (c) improving the quality of human resources, (d) developing cashew based agroindustry, and (e) empowerment of cashew agribusiness institutions.

Kata Kunci : mete, rantai nilai, nilai tambah, cashew, value chain, value added