DAYA JUANG PEREMPUAN ACEH YANG TAK PERNAH PADAM (STUDI KASUS PENGELOLAAN MEMORI KEKERASAN DAN TEKANAN SOSIAL EKONOMI PASKAKONFLIK ACEH DI GAMPONG COT BAROH, PIDIE, ACEH)
FATA HANIFA, Dr. Laksmi A. Savitri, M.A.
2018 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYAPada masa konflik Aceh (1988-2004), laki-laki di Cot Baroh harus keluar dari gampong, karena bergabung menjadi anggota GAM atau pergi untuk menghindari pengejaran aparat. Kepergian laki-laki dari gampong menyisakan para perempuan yang kemudian mengalami dampak ganda yakni menjadi penopang bagi anakanaknya dan mengalami kekerasan karena diduga istri atau saudara dari anggota GAM. Kini, 12 tahun paska Aceh Damai, warga Gampong Cot Baroh berusaha melanjutkan hidup dengan normal. Namun, di balik upaya berkehidupan normal dan suasana gampong yang tenang, para perempuan korban konflik masih hidup bersama memori konflik dan kekerasan. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan 30 hari di Gampong Cot Baroh, Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 1 Februari 2018 hingga 15 Maret 2018. Informan dalam penelitian ini adalah empat perempuan korban konflik dari Gampong Cot Baroh. Pengambilan data dilakukan melalui observasi partisipatoris dan wawancara mendalam kepada empat informan kunci dan informan tambahan. Studi pustaka dari berbagai literatur juga dilakukan untuk pengumpulan data sekunder demi mendukung infromasi terkait korban konflik Aceh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang kemudian menggunakan analisis deskriptif untuk mengkaitkan keterhubungan antardata dan mengambil kesimpulan yang menjawab pertanyaan penelitian. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa trauma dan memori kekerasan hingga saat ini masih menjadi bayang-bayang serta hidup bersama perempuan korban konflik. Memori kekerasan ini, kemudian membentuk iklim emosi yang membuat rekonsiliasi kultural mampu mendorong para perempuan korban konflik untuk bangkit dari keterpurukan paskakonflik. Rekonsiliasi kultural hadir dalam bentuk kegiatan kolektif dan keagamaan, seperti mempersiapkan kenduri dan pengajian. Berkat rekonsiliasi ini daya juang para perempuan korban konflik sampai saat ini tidak padam. Daya juang inilah yang membuat mereka mampu menghadapi dampak konflik Aceh yang berupa trauma dan kemiskinan.
During the Aceh conflict (1988-2004), men in Cot Baroh had to get out of the gampong, joining GAM members or going to avoid the apparatus. The departure of men from the gampong left women behind who later suffered double times for being support to their children and experiencing violence for being accused as their wives or relatives of GAM members. Now, 12 years after Aceh Peace, the people of Gampong Cot Baroh are trying to continue their normal life. However, behind the efforts of normal living and the quiet atmosphere of the gampong, women victims of the conflict are still living alongside the memory of conflict and violence. This research was conducted for 1 month 30 days in Gampong Cot Baroh, Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam on February 1, 2018 until March 15, 2018. The informant in this research is four women victims of conflict from Gampong Cot Baroh. The data were collected through participatory observation and in-depth interviews to four key informants and additional informants. Literature studies from various literatures were also needed as secondary data collection to support information related to Aceh conflict victims. This research uses qualitative research method, which then use descriptive analysis to relate interconnection connectivity and take conclusion that answer research question. The results of this study explain that trauma and memory of violence to date still be a shadow and live with women victims of conflict. This memory of violence, then forming an emotional climate that makes cultural reconciliation capable of encouraging women victims of conflict to rise from post-conflict downturn. Cultural reconciliation comes in the form of collective and religious activities, such as preparing for festivals and recitation. Thank to this reconciliation, the fighting power of women victims of the conflict to this day has never been extinguished. Those are the fighting power that makes them capable to confront with the impact of the Aceh conflict in the form of trauma and poverty.
Kata Kunci : korban konflik, memori kekerasan, daya juang, perempuan, Aceh/ victims of conflict, memories of violence, survive, women, Aceh