Melayu Cultural Center di Pekanbaru dengan Pendekatan Arsitektur Regionalisme
ADDWIKO LARAS NUGROHO, Dr. Ir. Dwita Hadi Rahmi, MA.
2018 | Skripsi | S1 ARSITEKTURBudaya Melayu adalah salah satu budaya yang berasal dari Suku Melayu yang ada di Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan. Salah satu daerah yang dikenal memiliki sejarah Kebudayaan Melayu yang kental adalah daratan Pulau Sumatra dan semenanjung Malaka, khususnya Provinsi Riau. Provinsi Riau sudah dikenal sebagai salah satu daerah persebaran Kebudayaan Melayu. Kental dengan sebutan Bumi Lancang Kuning, banyak seniman-seniman serta budayawan melayu yang lahir dari daerah ini. Hasil karya dan peninggalan budaya juga tidak kalah berharga jika dibandingkan dengan kebudayaan lain yang ada di Indonesia seperti Budaya Jawa dan Bali. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai melupakan dan para seniman serta budayawan lama-kelamaan mulai memudar dari permukaan kehidupan. Disebabkan beberapa faktor kendala dalam pengembangan dan pelestarian Kebudayaan Melayu, khususnya di Kota Pekanbaru yang merupakan ibu kota provinsi yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah kota metropolitan. Oleh karena itu, untuk tetap melestarikan Kebudayaan Melayu, sebuah tempat pembelajaran budaya diperlukan. Sebuah metode yang sesuai dengan zamannya dan juga menjadi tetap menarik bagi seluruh kalangan agar perkembangan budaya ini tetap berlangsung. Dengan menerapkan sebuah pendekatan regionalisme yang mengacu pada regional tertentu, maka dapat bersinergi dengan sebuah pusat pembelajaran yang mengajarkan tentang budaya. Arsitektur regionalisme sebuah konsep dan teori bangunan berdasarkan regional tertentu. Melayu Cultural Center dengan Arsitektur Regionalisme menjadi sebuah solusi sederhana namun unik dalam mewadahi aktivitas konservasi budaya, khususnya Budaya Melayu
Malay culture is one of the cultures that originated from the tribe in Sumatra and Kalimantan. Riau Province has been known as one of the areas of distribution of Malay Culture. Known as the Bumi Lancang Kuning, there are many Malay artists who born from this area. The cultural heritage is equally valuable compared to other cultures in Indonesia such as Javanese and Balinese culture. However, over time, people began to forget them, artists and cultural observers gradually faded from the surface of life. Due to several constraints in the development and preservation of Malay culture, especially in the city of Pekanbaru which is the capital of the province which gradually evolved into a metropolitan city. Therefore, to keep preserving Malay Culture, a place of cultural learning is needed. A method in accordance with his time and also be interesting for all circles that cultural development is still ongoing. By applying a regionalism approach that refers to certain regions, it can synergize with a learning center that teaches about culture. Regionalism architecture is a concept and theory of building based on certain regions. The Malay Cultural Center with Regionalism Architecture is a simple but unique solution in accommodating cultural conservation activities, especially Malay Culture.
Kata Kunci : Budaya Melayu, Provinsi Riau, Cultural Center, Arsitektur Regionalisme