RELASI ANTARA KONSEP, WUJUD FISIK, DAN PRESENTASI VISUAL LUKISAN THE INDONESIAN IDEA KARYA GALAM ZULKIFLI
EVAN SAPENTRI, Prof. M. Dwi Marianto, MFA., Ph.D.; Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2018 | Tesis | MAGISTER PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPAPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui relasi antara konsep penciptaan lukisan, wujud fisik karya, dan presentasi visual lukisan The Indonesian Idea. Dengan menggunakan Teori Quantum yang dikemukakan oleh M. Dwi Marianto, penelitian ini terlebih dahulu akan membaca karya secara tekstual dengan mencermati secara ulang-alik antara aspek-aspek material dan immaterial, atau aspek-aspek fisik lukisan dan makna yang ditautkan padanya. Teori kritik seni dipakai untuk menganalisis aspek bentuk dan isi, yang dilakukan dengan empat tahapan kritik: deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Presentasi lukisan, cara-cara menyampaikan dan perlakuan-perlakuan yang dilakukan Galam Zulkifli di INiSeum akan dibaca dengan menggunakan Teori Retorika Visual dari Sonja K. Foss. Melalui "teknik ilusi" dan pengolahan material, Galam mampu menghadirkan lukisan dengan hamparan warna dari wajah-wajah yang bertumpuk-tumpuk, hasil pertemuan selotip-selotip yang direkatkan di kanvas. Pendekatan "seni peristiwa" dijadikan metode untuk memilih wajah-wajah para tokoh bangsa pada masa pergerakan kemerdekaan, masa kemerdekaan dan setelahnya. Penggunaan selotip-selotip inilah yang memberikan peluang melahirkan lukisan yang ia sebut sebagai "kloning". Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daya ungkap sebuah karya barulah menampakkan dirinya untuk dinyatakan makna, pesan, dan nilainya ketika cara-cara menyampaikannya dipenuhi. Pertemuan antara wujud fisik karya dengan calon penonton menjadi satu syarat pemenuhan akan bangunan pemaknaan dilahirkan. Tindakan menghidupkan dan meredupkan lampu ketika lukisan dipresentasikan di INiSeum turut menjadi wahana penghantar dalam beretorika. Cara-cara menyampaikan itu merupakan rangkaian penyajian lukisan The Indonesian Idea di ruangan pameran, sehingga makna, pesan, dan nilai itu barulah muncul setelah ketiganya bertemu dan saling berelasi.
This research aims to know the relation among the concept of painting creation, physical form of art work, and visual presentation of The Indonesian Idea painting. Using M. Dwi Marianto's Quantum Theory, the researcher read the artwork textually by repetitively observing material and immaterial or physical aspects of a painting and meanings embedded to it. To analyze the aspects of shape and content, critical art theory was applied through four steps of criticism: description, analysis, interpretation, and evaluation. The painting presentation, expressing methods, and behaviors of Galam Zulkifli at INiSeum were interpreted by using Sonja K. Foss's Visual Rhetoric Theory from. Through "illusionary techniques" and material processing, Galam was able to present a painting with piled-up colored-strokes on faces, resulted from intersections of cellophane tapes stuck on a canvas. "The Art of Event" approach was used as a method to choose faces of national heroes during the independence movement, independence, and post-independence eras. The use of cellophane tapes gave the opportunity to create a painting that he called as "cloning". The findings of this study indicated that artwork was able to express its meanings, messages, and values once the conditions to express them had been fulfilled. The interaction between physical forms of art work and the potential audience become one condition for the fulfillment of meanings formed. The act of brightening and dimming the light when the painting was presented at INiSeum became a rhetoric medium. Those expressing methods were a sequential part of The Indonesian Idea painting presentation conducted in the exhibition room, so that meanings, messages, and values could appear after those three aspects had met and linked to each other.
Kata Kunci : Lukisan, The Indonesian Idea, Galam Zulkifli, Material, Retorika Visual