Laporkan Masalah

PERENCANAAN KAWASAN KAMPUNG LIO KOTA DEPOK SEBAGAI KAMPUNG HIJAU

GITA NISRINA FATIN, Dr. Ir. Dwita Hadi Rahmi, MA.

2018 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kampung Lio merupakan kampung squatter yang berada di sempadan Situ Rawa Besar di pusat Kota Depok, Jawa Barat. Berada di sempadan situ, kampung yang dihuni oleh masyarakat dengan ekonomi rendah ini kerap merasakan bencana banjir tiap kali hujan turun. Selain banjir, kebakaran juga pernah terjadi, kali ini permukiman padat yang menjadi sebabnya. Kondisi kampung padat penduduk ini memang cenderung kumuh, karena minimnya perhatian dari masyarakat. Selain itu Kampung Lio yang tumbuh secara organik (tidak terencana) membuat kampung tidak memiliki jaringan infrastruktur yang baik. Dengan kondisi tersebut, diperlukan adanya penataan dengan konsep kampung hijau untuk mewujudkan kampung sebagai komunitas yang mandiri dan berkelanjutan dengan mengelola kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan yang hijau dan sehat. Penelitian ini menggunakan pendekatan partisipasi, dengan metode deep interview/wawancara mendalam kepada narasumber dalam memperoleh informasi terkait serta dalam menentukan alternatif rencana. Selain itu metode gap analysis digunakan untuk mengukur kondisi ideal dengan kondisi eksisting di Kampung Lio. Unit analisis yang digunakan berupa hasil elaborasi dari aspek keruangan dan konsep hijau yaitu zonasi, akses, ruang hijau, penanda dan informasi, utilitas, penanggulangan bencana serta aktivitas pendukung. Sedangkan konsep yang diusung ialah Kampung Hijau Lio yang memiliki 3 (tiga) prinsip utama yakni active space, ecological sustainable dan locally participatory. Berdasarkan konsep tersebut dibuat 2 (dua) alternatif, kemudian dipilih 1 (satu) alternatif terbaik dan dilanjutkan dengan rencana detail.

Kampung Lio is a squatter village located in Situ Rawa Besar border in Depok, West Java. Being in the border there, the village inhabited by people with low economy often feel the flood disaster everytime it rains. In addition to flooding, fires have also occurred, this time the dense settlements are the cause. The condition of this densely populated village is indeed slum, because of the lack of attention from the community. Besides, Kampung Lio that grows organically (unplanned) makes the village has no good infrastructure network. Under these conditions, it is necessary to arrange the concept of a green village to create a village as an independent and sustainable community by managing a healthy social, economic and environmental life. This research uses participatory planning approach with deep interview method to informant in obtaining related information and in determining alternative plan. In addition, the gap analysis method is used to measure ideal conditions with existing conditions in Kampung Lio. The analytical unit used in the form of elaboration results of the spatial aspects and the green concept of that is zoning, access, green space, bookmarks and information, utilities, disaster mitigation and supporting activities. While the concept is Kampung Hijau Lio which has 3 (three) main principles namely active space, ecological sustainable and locally participatory. Based on the concept made 2 alternatives, then selected 1 best alternative and continued with detail plan.

Kata Kunci : Squatter, Kumuh, Kampung Hijau, Perencanaan Partisipasi / Squatter, Slum, Eco-village, Participatory Planning

  1. S1-2018-364343-abstract.pdf  
  2. S1-2018-364343-bibliography.pdf  
  3. S1-2018-364343-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2018-364343-title.pdf