Laporkan Masalah

INDONESIAN MUFASSIR ON ISRA`ILIYYAT (The Development of Interpretation in the Works of Bisri Mustofa, Haji Abdul Malik Karim Amrullah [Hamka] and Quraish Shihab)

ACHMAD MURTAFI HARIS, Sri Margana

2016 | Disertasi | S3 INTER-RELIGIOUS STUDIES

Umat Islam di pelbagai belahan dunia saat ini menolak menggunakan Isra`iliyyat atau kisah-kisah yang diadopsi dari sumber-sumber Yahudi dan Nasrani dalam diskursus tafsir al-Qur`an. Penolakan tersebut tidak hanya sebatas dalam ruang akademis yang ekslusif tapi menjelma sebagai sebuah kampaye anti Isra`iliyyat . Hal ini berbeda dengan umat Islam terdahulu yang justru tidak keberatan dengan mungutip dari sumber Ahlul Kitab. Para sahabat Rasulullah dalam pelbagai hal khususnya yang terkait dengan kisah Bani Israel merujuk kepada rekan mereka mantan pengikut Yahudi dan Nasrani dalam menjelaskan kisah ringkas yang ada dalam al-Qur`an. Bahkan Rasulullah sendiri menceritakan pengalaman Tamim al-Dari terdampar ke suatu pulau yang di sana dia bertemu dengan sosok yang kemudian orang mengenalnya dengan Dajjal. Dalam tafsir al-Qur`an, disiplin yang secara khusus mengkaji Isra`iliyyat, ditemukan banyak kitab klasik yang mengandung elemen Isra`iliyyat di dalamnya. Sementara kitab tafsir kontemporer menghilangkannya dan bahkan menyerangnya. Karya Mufassir Indonesia dalam hal ini kitab Tafsir al-Ibriz oleh Bisri Mustofa, Tafsir al-Azhar oleh Hamka dan Tafsir al-Misbah oleh Quraish Shihab menarik untuk diteliti terkait posisi mereka terhadap Isra`iliyyat. Karya tersebut dipilih menjadi obyek penelitian karena mewakili tiga kelompok mayoritas Muslim Indonesia yaitu kelompok tradisionalis, modernis dan akademisi.

Abstract Isra`iliyyat or Judaic elements in tafsir discourse has been so long rejected by Muslim contemporaries. No article on the issue appears unless it is for the purpose of provoking Muslims to reject it. On the other hand, early Muslims were not disturbed by them. This dissertation, therefore, tries to uncover the reasons behind contemporary scholars reluctance towards these foreign sources. Bringing the issue into Indonesian context, this research focuses on knowing the viewpoints of Bisri Mustofa, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) and Quraish Shihab on the issue. It will scrutinize the surrounded background that led them to adopt a certain paradigm in response to Isra`iliyyat and alternative ways they took instead of using Isra`iliyyat. This reseach employs a qualitative method and comparative model. It uses an Intellectual history approach to further elucidate the research object. The investigation will be enlightened by Raymond Panikkar's idea on mythos and logos horizon. The study concludes that the early mufassir prioritize trustworthiness rather than criticism to the religious authority in their intellectual work, so they accepted Isra`iliyyat. Meanwhile, mufassir of nowadays prioritize criticism rather than trustworthiness to the authority. Bisri represents the first group while Hamka and Quraish the second group that rejects Isra`iliyyat. They both employ rationalism and empiricism that lead them to new interpretations of Qur`anic stories.

Kata Kunci : Isra`iliyyat, Bisri Mustofa, Hamka, Quraish Shihab, tafsir.

  1. S3-2016-324693-abstract.pdf  
  2. S3-2016-324693-bibliography.pdf  
  3. S3-2016-324693-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2016-324693-title.pdf