Laporkan Masalah

Pergeseran Konsepsi Masyarakat Terhadap Tugu Yogyakarta Dari Tetenger Menjadi Public Space

ADSKA DORA, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.

2016 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Tugu Yogyakarta berfungsi sebagai landmark, yang kini juga dipandang sebagai ruang publik. Tugu yang merupakan monumen dan menjadi titik pertemuan 4 (empat) jalur besar (Jalan Jend. Sudirman dari sisi timur, Jalan Margo Utomo dari selatan, Jalan Pangeran Diponegoro dari sisi barat, dan Jalan A.M. Sangaji dari sisi utara) kini juga berfungsi sebagai tempat wisata dengan bermacam-macam aktivitasnya, umumnya pada malam hari. Sementara, identitas asal dari monumen ini bukanlah sebagai area tujuan wisata, melainkan sebagai titik pengenal yang unik dan memorable milik Kota Yogyakarta. Aktivitas-aktivitas publik tersebut terlaksana di dalam ruang yang meluas dari titik Tugu Yogyakarta. Pandangan dan perlakuan (konsepsi) masyarakat dalam menggunakan ruang ini bergeser seiring dengan perubahan-perubahan dalam ruang Tugu Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Unit amatan dalam penelitian kegiatan yang terjadi di sekitar area Tugu Yogyakarta adalah masyarakat atau pengunjung yang menjadi wisatawan atau melakukan aktivitas lainnya di sekitar area Tugu Yogyakarta, kemudian dikelompokkan sesuai aspek kegiatannya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan akan kegiatan yang terlihat di lapangan dan hasil wawancara mendalam kepada pelaku aktivitas di area yang berasal dari observasi, wawancara dan triangulasi. Penelitian ini menghasilkan pembagian bentuk pergeseran konsepsi, yaitu pergeseran konsepsi yang memandang Tugu Yogyakarta secara ragawi, pergeseran dalam kultural, dan pergeseran pada keruangan (spasial) oleh kegiatan-kegiatan penunjang, yang dipengaruhi oleh faktor lokasi dan fisik, pemaknaan terhadap Tugu Yogyakarta, dan faktor eksternal.

In function as a landmark, Tugu Yogyakarta now serves as a public space. Tugu Yogyakarta, as a monument and a junction of four (4) main roads (Jend. Sudirman Street from the east, Margo Utomo Street from the south, Diponegoro Street from the west, and AM Sangaji Street from the north), is now highlighted as a tourism destination with various activities, usually happened at night. Meanwhile, the origin identity of Tugu Yogyakarta is not a tourist destination area, but as a unique and memorable node to the city of Yogyakarta. These activities carried out in the space that extends from the point of Tugu. Opinions and treatments from people shift along with changes happened in the space of Tugu Yogyakarta. This research uses inductive qualitative method with phenomenology approach. The unit of observation is the people and tourists who perform activity around Tugu, which are grouped according to aspects of their activities. The unit of analysis is the elaboration of activities in Tugu and results of in-depth interviews to the activities doers in the area, which came from observation, interviews and triangulation processes. This study resulted the conception shifting in perceiving Tugu, ranging from physical shift, cultural shift and spatial shift by supporting activities. The shifts are influenced by the physical and location factors, public perception of Tugu Yogyakarta, and external factors.

Kata Kunci : Tugu Yogyakarta, konsepsi, pergeseran konsepsi, tetenger, ruang publik, conception, conception shifting, landmark, public space

  1. S1-2016-330217-abstract.pdf  
  2. S1-2016-330217-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-330217-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-330217-title.pdf