Laporkan Masalah

Kuatnya Pengaruh Ketokohan Dan Identitas Kepartaian Buruh Dalam Pemilu Presiden: Studi Atas Perilaku Memilih Buruh Industri Kota Semarang Pada Pemilu Presiden 2014

HENDRAWAN TONI, Dr.rer.pol. Mada Sukmajati, MPP

2015 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Sudah banyak studi yang membahas tentang buruh dan politik. Studi yang ada, lebih banyak membahas tentang pergerakan buruh dan strategi mereka dalam pemilu. Belum banyak studi yang membahas tentang perilaku memilih (voting behavior) buruh dalam pemilu. Studi ini ingin mengkaji lebih dalam, bagaimana buruh menentukan pilihan politiknya dalam pemilu presiden 2014. Apakah ketokohan dan identitas kepartaian, dua faktor penting yang menjelaskan perilaku memilih warga Indonesia pada umumnya, juga turut mempengaruhi perilaku memilih di kalangan buruh? Untuk keperluan itu, studi ini menggunakan dua pendekatan perilaku memilih yang telah ada, yaitu model psikologis dan pilihan rasional (rational choice). Penelitian ini dilakukan terhadap buruh industri yang berada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kepada 394 buruh industri yang menjadi responden, dilakukan wawancara terkait dengan partisipasi mereka dalam pemilu. Demi menjawab pertanyaan penelitian, empat variabel yang diduga berpengaruh terhadap pilihan politik buruh, yaitu ketokohan calon presiden, identitas kepartaian, peranan media massa, dan progam kerja calon presiden diuji menggunakan analisis regresi logistik. Studi ini menghasilkan dua temuan utama. Pertama, munculnya (bangkitnya) kesadaran politik di kalangan buruh, yang ditandai dengan meningkatnya tingkat partisipasi politik (voter turnout) buruh dalam pemilu, utamanya semenjak pemilu 2004. Kedua, dominannya pengaruh faktor psikologis dalam perilaku memilih buruh di Kota Semarang, yang ditandai dengan masih kuatnya pengaruh ketokohan calon presiden dan identitas kepartaian seseorang dalam membentuk pilihan politik buruh. Menariknya, pengaruh media massa dan program kerja ternyata tidak terlalu kuat sebagaimana yang diasumsikan. Dari temuan yang ada, studi ini berkesimpulan bahwa kecenderungan perilaku memilih buruh di Kota Semarang ternyata tidak jauh berbeda dengan kecenderungan perilaku memilih warga pada umumnya. Secara meyakinkan, pilihan politik buruh dalam pemilu presiden justru lebih didominasi oleh pengaruh ketokohan calon presiden, identitas kepartaian seseorang, dan peranan media massa, dibandingkan dengan pengaruh program kerja yang ditawarkan oleh kedua calon presiden. Implikasinya, gejala deparpolisasi (party dealignment) dan fenomena politik berbasis ketokohan (figure based politics) tampaknya akan terus mewarnai dinamika politik di Indonesia di masa yang akan datang.

Many studies have been conducted to discuss labors and politics. Mostly, previous studies were concerned with the labor movements and their strategies on the elections. Few studies have been conducted to investigate labor voting behavior in the election. This study aimed to examine more deeply, how the labors determined their political choice in the presidential election of 2014. Did persona and political party identity, which were two important factors that explained the voting behavior of Indonesian citizens in general, also affect voting behavior among labors? For this purpose, this study used two existing behavior approaches, the psychological model and rational choice. This research was conducted on industrial labors in Semarang City, Central Java. Interviews related to their participation in the election were conducted to 394 industrial labors as respondents. In order to solve the research questions, four variables presumed to have great influences on choice of labor policy, namely the candidate figure, the party's identity, the role of the mass media, and the work program of presidential candidate, were tested using logistic regression analysis. This study yielded two major findings. First, the rise of political consciousness among industrial labors, marked by the increasing level of labor political participation (voter turnout) in the election, especially since the election of 2004. Second, the dominant influence of psychological factors on labor voting behaviors in Semarang, marked by the strong influence of candidate�s traits and party's identity on labor political voting. Interestingly, the influence of the mass media and the work program was not as strong as presumed before. Based on the findings, it can be concluded that the trend of labor voting behavior in Semarang was not much different from the voting behavior of citizens in general. Conclusively, the choice of labor politics in the presidential election even more dominated by the influence of the figure of the presidential candidates, personal party�s identity, and the role of mass media, compared to the effect of the work programs proposed by both presidential candidates. These findings implied the symptoms of party dealignment and political phenomenon of figure based politics seems to be constantly influenced the Indonesian political dynamics in the future.

Kata Kunci : perilaku memilih, voting behavior, buruh industri, ketokohan, identitas kepartaian, media massa, progam kerja, pilihan rasional, voting behavior, industrial labors, figure, party�s identity, mass me

  1. S2-2015-355398-abstract.pdf  
  2. S2-2015-355398-bibliography.pdf  
  3. S2-2015-355398-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2015-355398-title.pdf