DWITYA A TUNGGIL SEBAGAI BASIS PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DI DESA ADAT BAYUNG GEDE KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI

IGN TRIADIPUTRA, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D

2017 | Disertasi | S3 ILMU ARSITEKTUR

Desa adat Bayung Gede merupakan sebuah desa adat di daerah Bali pegunungan atau lebih dikenal dengan sebutan desa Bali Aga ditandai oleh aneka peninggalan arsitektur dari tradisi dinasti Warmadewa. Beberapa keunikan arsitektur terdapat pada tiga item, skala Wewengkon/wilayah desa adat, skala Paumahan/permukiman maupun skala Karang Umah/site dan unit-unit rumah tinggal tradisional, antara lain : (i) adanya beberapa Pura Mertiwi di luar kategori umum Pura di Bali, (ii) sistem aksessibilitas dari Hulu/kaja desa adat dan (iii) keberadaan empat Setra/kuburan yang biasanya berjumlah satu buah untuk sebuah desa adat, (iv) eksistensi tiga Pura Dalem (satu desa adat hanya memiliki satu buah Pura Dalem), (v) varian tegak/ tata letak Angkul-angkul atau pintu masuk, serta tanpa Aling-aling (penghalang pandangan) dan (vi) fenomena varian tata letak Sanggah/ tempat suci keluarga serta (vii) Sanggah Atep atau tempat suci saling adu punggung. Semua kekhasan/keunikan arsitektural pada ketiga skala di atas ini penting diteliti untuk mengungkap konsep dan teori arsitektur yang melatarbelakanginya. Penelitian ini berparadigma fenomenologi dari Edmund Hussrel untuk mengungkapkan kesadaran transcendental berupa teori lokal sebagai simpulan akhir, Hasil penelitian didapatkan secara bertahap melalui tiga tahapan reduksi. Tema-tema empiris diperoleh dari hasil reduksi fenomenologis atas unit-unit informasi hasil grand tour dan pendalamannya. Selanjutnya adalah reduksi eidetis untuk mendapatkan 7 (tujuh) konsep arsitektur dan pada akhir proses adalah reduksi transcendental untuk mendapatkan intisari berupa teori arsitektur lokal (hanya berlaku secara ideografik di desa adat Bayung Gede. Hasil kajian menunjukkan bahwa teori lokal yang dibangun dari kesadaran masyarakat desa adat Bayung Gede adalah : Dwitya A Tunggil. Esensi dari teori lokal Dwitya A Tunggil adalah adanya sifat dualitas (bukan merupakan dikhotomi melainkan berpasangan yang saling melengkapi), saling melengkapi dan tidak bisa berdiri sendiri serta merupakan satu kesatuan utuh. Kata Kunci : Keunikan arsitektur desa adat Bayung Gede tiga tahapan reduksi Dwitya A Tunggil

Bayung Gede custome village is a Balinese traditional mountain village known as the village of Bali Aga. The ancient village is marked by some architectural heritages of Warmadewa dynasty, The architectural uniquenesses are available on three items, such as : (i) at Wewengkon/the macro scale or the village traditional territory, there is eight Puras Mertiwi (the temples are not categorizied in term of the commom Pura/ temple in Bali, (ii) at Paumahan/messo skala or the traditional settlement, there is : (a) a specific accessibility system from Hulu/kaja direction (it�s usually from Teben/kelod one), (b) four Setra/cemeteries (it�s only one Setra in normal condition) and (c) three Puras Dalem of three temples of purification (it�s also one Pura Dalem as a religious character for a desa adat) and (iii) Karang Umah/the micro scale or the traditional spatial and buildings, there is ; (a) the variant Tegak Angkulangkul/ traditional gates position without Aling-aling/hindrance wall as the sight blocker, (b) the phenomenon of Tegak Sanggah/house of hold shrine position at West, North and East of the site and (c) Sanggah Atep or the back to back of two spatials Sanggah that are flanked by two Rurung/village roads. All architectural uniquenesses at the three scales above are very important to conduct a deep research in gaining some concepts and architectural theory as its background. The researc uses phenomenology paradigm of Edmund Hussrel to reveal Bayung Gede community�s transcendental consciousness in form of the local architectural theory as the conclusion that's gradually gained in three reduction steps. The empirical themes are filtraded as a result of phenomenological reduction on some information units. Then it's continued by eidetic reduction for resulting seven architectural concepts and the end process is transcendental reduction for constructing the local architectural theory that's valid ideographically for Bayung Gede custom village only. The research result shows that the local architectural theory is constructed by the communit's transcendental consciousness called Dwitya A Tunggil. The essence of theory is : (i) the nature of duality (in term of not dichotomy/opposite situation and condition) but it's a pair of compliteness. Both part can not be separated because it's unity one. Keyword : Architectural uniqueness of Bayung Gede custom village " three reduction steps " Dwitya A Tunggil.

Kata Kunci : Keunikan arsitektur desa adat Bayung Gede � tiga tahapan reduksi � Dwitya A Tunggil