Dalam proses pencapaian kebenaran absolut, pengetahuan subjek senantiasa termanipulasi oleh prasangka subjektif yang dianggapnya benar. Pada kenyataannya, pemahaman tersebut selalu terdistorsi oleh kerangka ideologi tertentu ketika subjek menafsirkan realitas. Paralaks, yakni perubahan pandangan mengenai sesuatu yang disebabkan karena perbedaan sudut pandang, menjadikan the Real inkonsisten. Dalam penelitian ini, novel My Name is Red karya Orhan Pamuk dipilih untuk membuktikan posisi paralaks tersebut. Penelaahan dilakukan dengan menjawab permasalahan: (1) Bagaimana paralaks berimplikasi pada munculnya fantasi ideologis dalam novel My Name is Red?; (2) Bagaimana paralaks berimplikasi terhadap eksistensi subjek autentik dalam novel My Name is Red? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, teori yang diaplikasikan adalah fantasi ideologis dan subjek autentik dalam skema paralaks yang diperkenalkan Slavoj Zizek. Sementara itu, metode yang digunakan adalah analisis novel secara tekstual dan objektif. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pertama, paralaks berimplikasi terhadap fantasi ideologis subjek. Miniaturis Kesultanan Usmani yang memfantasikan ideologi fundamentalisme dalam lukisan mereka menghasratkan pencapaian kebahagiaan akhirat. Sebaliknya, pelukis Franks yang memfantasikan ideologi sekularisme menghasratkan kebebasan. Meskipun kedua perspektif tersebut tidak pernah bertemu dalam satu sintesis, namun keduanya memiliki persamaan dalam hal praktik kapitalisme. Kedua, paralaks juga berimplikasi pada eksistensi subjek karena adanya pergeseran standpoint di lintasannya. Meskipun tokoh Olive telah bertindak radikal dengan membunuh rekan sesama miniaturisnya, pada akhirnya dia kembali pada Yang Simbolik karena doktrin agama Islam menjadikannya subjek yang tidak bebas. Ironisnya, Pamuk sebagai pengarangnya juga terjebak dalam belenggu sekularisme, bahkan juga kapitalisme, sehingga impian menjadi subjek yang merdeka hanyalah sebuah kemustahilan.

In the process of reaching the absolute truth, the subject's knowledge is always manipulated by subjective presupposition which he considers true. In fact, this understanding is always distorted by a particular ideological framework when the subject interprets reality. Parallax, a change of view about something caused by different perspectives, makes the Real inconsistent. In this study, Orhan Pamuk's novel My Name is Red is chosen to prove the position of that parallax. This study is conducted by answering these problems: (1) How does parallax have implications for the emergence of ideological fantasy in My Name is Red novel?; (2) How does parallax have implications for the existence of authentic subject in My Name is Red novel? To answer those questions, the theories applied in this study are ideological fantasy and authentic subject in parallax schemes offered by Slavoj Zizek. While the method used is by analyzing the novel textually and objectively. The results of this study prove that first, parallax has implications for the ideological fantasy of the subject. The miniaturists of Ottoman Empire who fantasize fundamentalism in their paintings desire the attainment of afterlife happiness. Conversely, Franks painters who fantasize secularism desire freedom. Although these perspectives can never meet in one synthesis, they both have similarity in the practice of capitalism. Second, parallax also has implications for the existence of the subject because of the shift of standpoint in its circuit. Olive, one of the characters, acts radically by killing his miniaturist colleague. Yet, he returns to the Symbolic because the doctrine of Islam makes him a subject that cannot be free. Ironically, Pamuk as the author is also trapped in the shackles of capitalism, so that the dream of becoming an independent subject is only an impossibility.

Kata Kunci : Paralaks, Fantasi Ideologis, Subjek Autentik, My Name is Red, Orhan Pamuk