Laporkan Masalah

Politik Keluarga Di Sumatera Utara (Pola Transformasi Aktor Lokal di Sumatera Utara Pada Masa Orde Baru dan Reformasi)

USWATUN HASANAH HARAHAP, Dr. Amalinda Savirani, MA

2016 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Desentralisasi yang diterapkan di Indonesia turut berkontribusi dalam pelemahan demokrasi dengan melancarkan jalan bagi para elit lokal dan penguasaan sumber daya pada level lokal.Orang kuat lokal justru diuntungkan dengan adanya reformasi politik di Indonesia.Penggunaan kekerasan politik merupakan bagian yang menonjol dalam demokrasi di Indonesia.Preman-preman yang tergabung dalam organisasi kepemudaan maupun dalam bentuk kelompok-kelompok milisi sipil mengambil peran utama untuk ‘pasang badan’ dan jasa keamanan bagi para elit.Dengan menggunakan praktik intimidasi, diskriminasi, dan kekerasan politik, demokratisasi dan desentralisasi politik telah berhasil dibajak oleh elit-elit lokal. Tulisan ini berupaya untuk mengkaji bagaimana transformasi dan strategi bertahan preman di Sumatera Utara dalam membangun kekuasaannya pasca-Reformasi. Sejak Olo Panggabean meninggal, keluarga Shah hadir mengambil alih kekuasaan melalui sumber daya politik dan ekonomi yang dimiliki keluarganya. Tak sekadar menggantikan sosok Olo sebagai preman yang berkuasa di Sumatera Utara, keluarga Shah juga memanfaatkan jaringannya melalui berbagai organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP), terutama Pemuda Pancasila (PP) Sumatera Utara, dan jabatan publik yang disandang untuk meraup sumber daya atau aset daerah ke dalam kekuasaan dinasti Shah.

Decentralization, which is applied in Indonesia, contributed to the weakness of democracy by waging the way for local elites and control of resources at the local level. Local strongmen actually benefited by the political reform in Indonesia. The use of political violence is a prominent part in democracy in Indonesia. Thugs who are members of youth organizations as well as in the form of a civil militia groups take a leading role to 'put their body' and security services for the elite. By using the practices of intimidation, discrimination, and political violence, political democratization and decentralization have been successfully hijacked by local elites. This paper seeks to examine how the transformation and the strategies of surviving thugs in Northern Sumatra in establishing his control in post-Reformation. Since Olo Panggabean died, the Shah family was took power through political and economic resources owned by his family. Not just replace the figure Olo as thugs in power in North Sumatra, the Shah family also leveraging its network through a variety of youth organizations (OKP), especially Pemuda Pancasila (PP) in North Sumatra, and the public position that carried to scoop up resources or regional assets into Shah dynasty.

Kata Kunci : preman, dinasti Shah, Olo Panggabean, Pemuda Pancasila, : thugs, Shah dynasty, Olo Panggabean, Pemuda Pancasila