Politik Representasi Rumah Aspirasi : Studi Tentang Rumah Aspirasi Budiman di Kabupaten Banyumas-Cilacap

LOUVIKAR ALFAN C, Dr. Amalinda Savirani, MA

2016 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Intisari Studi ini mengenai salah satu inovasi aktor demokrasi dalam upaya mendemokratisasikan demokrasi melalui instalasi institusi bernama Rumah Aspirasi. Penelitian ini secara khusus akan membahas Rumah Aspirasi yang diinisiasi oleh salah satu anggota DPR periode 2009-2014, 2014-2019 Budiman Sudjatmiko dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berkolaborasi dengan masyarakat warga (civil society). Kerangka yang digunakan untuk memahami lebih mendalam mengenai rumah aspirasi ini melalui teori-teori representasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pertama RAB dapat dikategorisasi sebagai organisasi non-pemerintah yang berpolitik. Meski bukan lembaga formal dalam mengagregasi dan mengartikulasi aspirasi politik, seperti partai politik, namun RAB aktif dalam gerakan sosial (advokasi persoalan-persoalan publik dan pemberdayaan masyarakat) sekaligus juga aktif memainkan peran sebagai sebagai organisasi politik. Kedua, mengenai subyek dan konteks representasi RAB. RAB memiliki dua subyek yang direpresentasikan yakni Budiman Sudjatmiko dan konstituen Budiman di Dapil Banyumas Cilacap. RAB dapat merepresentasikan Budiman dan warga secara bersamaan yakni ketika RAB mengadvokasi persoalan-persoalan publik di warga dan berhadapan dengan lembaga-lembaga negara selain lembaga DPR RI. Maka, RAB merepresentasikan dua subyek sekaligus yakni Budiman dan konstituen di Dapil Banyumas Cilacap. Subyek repesentasi Budiman bermuara pada keterpilihan Budiman dalam pemilihan anggota legislatif, sedangkan subyek representasi warga tercermin dalam penyelesaian persoalan-persoalan publik yang dihadapi oleh warga. Konteks politik kegiatan representasi RAB adalah disfungsi partai politik dalam mengagregasi kepentingan politik masyarakat dan kebutuhan mewadahi aspirasi masyarakat berikut persoalan yang dialaminya. Ketiga, dengan menggunakan model representasi Mansbrige (2003), RAB dapat diidentifikasi sebagai representasi Promissory. Praktek representasi RAB bekerja dalam konteks perwujudan janji-janji kampanye politik Budiman pada masa pemilihan anggota legislatif. Salah satu janji kampanye Budiman pada masa kampanye adalah UU Desa. Pada masa kampanye 2009, RAB fokus pada mensahkan UU Desa, sedangkan pada masa kampanye 2014 lebih pada implementasi dan pengawasan dari UU Desa. Keempat, RAB sebagai organisasi representasi alternatif, menjalankan advokasi isu yang menjadi keprihatinan terbesar konstituen yakni agraria, desa dan beberapa isu publik yang lain. Advokasi yang dijalankan oleh RAB, tidak serta merta mendukung keterpilihan Budiman dalam pemilihan anggota legislatif. Jika dibandingkan dengan anggota legislatif yang lain di wilayah yang diadvokasi oleh RAB, perolehan suara Budiman lebih kecil. Kata kunci : rumah aspirasi, representasi, advokasi, agrarian, UU Desa

Abstract This study is about one innovations democratic actors in efforts to democratize democracy through the installation of an institution called Aspirations House. This study will specifically address the Aspirations House that initiated by one of the members of the House of Representatives 2009-2014 period, Budiman Sudjatmiko from the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDIP) in collaboration with the civil society. Framework used to understand more deeply the aspiration house through the theories of representation. From this study it can be concluded that the first RAB may be categorized as politically non-governmental organizations. Although not a formal institutions in aggregating and articulating political aspirations, such as political parties, but RAB active in social movements (advocacy of public affairs and community development) as well as actively playing the role as a political organization. Second, regarding the subject and context of representation RAB. RAB has two subjects who represented, the constituency Budiman Sudjatmiko in Cilacap-Banyumas electoral district and Budiman it self. RAB can represent Budiman and citizens simultaneously, ie when RAB advocate for public affairs at the citizens and institutions are dealing with a state institution other than the institution of Parliament. So, RAB represents two subjects at once Budiman and constituents in Cilacap-Banyumas electoral district. Representation subjects in Budiman Sudjatmiko lead to the legislative elections, while the subject of the representation of the people is reflected in the resolution of public problems faced by citizens. The political context of representation doing by RAB is dysfunction activities of political parties in aggregating political interests of society and the need to accommodate the aspirations of society. Third, using the model representation Mansbrige (2003), RAB can be identified as Promissory representation. RAB representation practice work in the context of the embodiment of a political campaign promises of Budiman Sudjatmiko during legislative elections. One of the campaign promises during the campaign Budiman is a Village Act. During the 2009 campaign, RAB focus on the passed a Village Act, while during the 2014 campaign focus on supervision over the implementation of the Village Act. Fourth, RAB as an alternative representation organization, run advocacy issues that concern the biggest population of constituent. That����¯�¿�½������¢������¯������¿������½������¯������¿������½s why they choosen agrarian, rural and some other public issues. Advocacy run by RAB, does not always related with Budiman vote result in legislative elections. When compared with other legislatures in the region that is being advocated by the RAB, the vote Budiman smaller. Key words : aspiration house, representation, advocacy, agrarian, Village Act

Kata Kunci : rumah aspirasi, representasi, advokasi, agrarian, UU Desa