SINDROM NEFROTIK RELAPS SERING DENGAN KOMPLIKASI DISABILITAS INTELEKTUAL, EPILEPSI PASCA STROKE DAN PENYAKIT PENYERTA OVERWEIGHT

IKHSAN TRINADI, dr. Retno Sutomo, Ph,D, SpA(K); Prof.Dr.dr. Elisabeth Siti Herini,SpA(K)

2016 | Tesis-Spesialis | SP ILMU KESEHATAN ANAK

Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering ditemukan pada anak usia kurang dari 14 tahun. Managemen SN yang tidak komprehensif dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi, salah satunya ensefalopati hipertensi. Pasien ini adalah anak laki-laki usia 6 tahun 6 bulan sudah terdiagnosis SN sejak usia 3 tahun dan mengalami komplikasi ensefalopati hipertensi (dengan edema serebri dan infark) yang menyebabkan disabilitas intelektual berat dan kondisi epilepsi pasca stroke pada pasien. Pasien mulai menjalani protokol sindrom nefrotik relaps sering (SNRS) sejak April 2014 dengan steroid jangka panjang. Kondisi disabilitas intelektual(DI) ditatalaksana dengan terapi perilaku dan epilepsi pasca stroke pada pasien diterapi dengan obat anti epilepsi (OAE) karbamazepin. Kompleksitas masalah yang ada pada pasien terutama dengan DI berat membutuhkan penanganan yang komprehensif, tidak hanya secara medis tapi melibatkan psikolog, fisioterapis, dan yang paling utama keterlibatan orang tua secara aktif dalam penanganan pasien untuk mengoptimalkan potensi kemampuan adaptif pada pasien.

Nephrotic syndrome (NS) is the most common kidney disease found in children. In Indonesia reported the incidence of NS was 6 per 100,000 children per year in children aged less than 14 years. Mismanagement can cause a variety of complications, one of them in the form of hypertensive encephalopathy. This patient was a boy aged 6 years and 6 months old have been diagnosed NS since 3 years old and experiencing complications of hypertensive encephalopathy, which causes severe intellectual disability and post stroke epilepsy. Patients began the protocol of frequent relapse nephrotic syndrome (FRNS) since April 2014 with long-term steroid. Intellectual disability (ID) was treated with behavioral therapy and post stroke epilepsy in patients treated with carbamazepine. The complexity problem in this patient, especially with severe ID requires a comprehensive management, not only medically but involve psychologists, physiotherapists, and most importantly, parents actively involved in the management of the patients to optimize the potential of adaptive function in this patients.

Kata Kunci : Sindrom nefrotik relaps sering, disabilitas intelektual, epilepsi