Laporkan Masalah

Koridor Antar Kota Studi Kasus Pembentukan Teritori oleh Aktor Informal di Wilayah Desakota antara Kabupaten Demak dan Kota Semarang

NUZULA ICHWANUN NABI, Nur Azizah, S. IP., M. Sc.

2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)

Ruang antara desa dan kota menjadi obyek yang akan diangkat dalam tulisan ini. Terletak di antara Kabupaten Demak dan Kota Semarang, Desa Onggorawe memiliki gradasi pola kekotaan dan kedesaan yang mempengaruhi keberadaan sektor formal dan informal. Hal ini menyebabkan transisi mata pencarian dari agraris ke industri yang disebabkan oleh konteks wilayah dan kebijakan pemerintah setempat melahirkan dua konsekuensi. Konsekuensi pertama terkait dengan munculnya ruang sisa yang disebabkan oleh transisi fungsi lahan dari agraris ke industri di sepanjang wilayah desakota ini. Konsekuensi yang kedua mengacu pada kehadiran sektor informal di sepanjang jalan di Desa Onggorawe pada sisi utara jalur Pantura. Tulisan ini bertujuan untuk melihat benang merah antara dua konsekuensi tersebut. Untuk membaca ragam hal yang terjadi pada tataran praktis, tulisan ini akan menggunakan dua konsep yaitu ruang sisa dan pembentukan teritori di sepanjang desakota. Konsep ruang sisa (Shaw dan Hudson 2009) melihat bahwa ruang sisa merupakan sudut yang terlewat dalam suatu perencanaan tata kota. Lahan yang terletak di antara jalan raya dan sungai merupakan salah satu contoh dari ruang sisa. Sementara itu, konsep teritori yang ditawarkan oleh Altman (1975) mengacu pada keberadaan teritori dan perilaku teritorialitas ditandai dengan batas dan kuasa (Houtum, Kramsch dan Zierhofer 2005). Kerangka tersebut digunakan untuk membaca fakta lapangan secara kualitatif dengan mengkombinasikan data primer dan sekunder. Pada tataran praktis, tulisan ini melihat konteks lapangan sebagai faktor yang menyebabkan pergeseran fungsi lahan. Kualitas tanah akibat resapan air laut, misalnya, merupakan salah satu kondisi alam yang mendorong pemerintah untuk menggeser fungsi lahan. Lahan pertanian yang semakin berkurang menyebabkan sebagian petani dan pemilik tanah kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, munculnya sektor industri tidak mampu mengakomodasi masyarakat setempat untuk mendapatkan pekerjaan. Standar untuk memasuki sektor industri belum mampu dipenuhi oleh masyarakat yang awalnya bekerja pada sektor agraris. Ragam himpitan ini melahirkan sektor ekonomi informal yang beroperasi tanpa bergantung pada pihak lain. Seiring dengan berkurangnya lahan, kebutuhan aktor informal akan ruang semakin mendesak untuk dipenuhi. Ruang sisa kemudian menjadi tempat bagi para aktor ini untuk melakukan aktivitas ekonomi informal. Sifat teritorialitas pelaku ekonomi informal terlihat ketika satu demi satu melakukan aktivitas di ruang sisa ini. Hal ini ditandai dengan munculnya ragam teritori yang dapat dilihat dari konsidi fisik bangunan dan mempengaruhi pola interaksi antar aktor. Kesimpulan tulisan ini merujuk pada ruang sisa dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi informal untuk melakukan aktivitas di sepanjang wilayah desakota. Perilaku terkait batas dan kuasa ini membentuk beberapa fungsi ruang yang dapat dibaca melalui tipologi teritori. Sementara itu, obyek penelitian ini juga dapat dilihat dari sisi negara sebagai, salah satu, alternatif riset selanjutnya. Lemahnya pengawasan negara pada pergeseran fungsi dan penertiban bangunan liar menjadi hal menarik untuk dikaji.

The space between rural and urban areas becomes an object research within this paper. Located between Demak and Semarang, Onggorawe Village has a combined character of rural and urban patterns, which affects the existence of formal and informal sectors. Thus, the phenomenon generates the transition from agricultural livelihood to industrial one, caused by the emergence of informal territory and local government policies, which leads consequences. The first consequence is related to the emergence of the left over space caused by the land use transition from agricultural to industrial along this desakota region. The second consequence refers to the presence of the informal sector along one side of Onggorawe Village at the northern side of the Pantura Line. Hereafter, this paper aims to analyze the correlation between these two consequences. In analyzing the practical field, this paper will use two concepts, i.e. leftover space and territory. The concept of left over space (Shaw and Hudson, 2009) reflects that the urban planning may leave abandoned space. The abandoned land located between the highway and the river is an example of the left over space. Furthermore, the concept of territory revealed by Altman (1975) refers to the existence of territory and teritorialitas characteristic of actor showed by their bordering and ordering behaviour (Houtum, Kramsch dan Zierhofer 2005). The frame is used to analyze qualitatively the practical field by combining the primary and secondary data. At the practical field, this paper analyzes the context as factor caused the alteration of land use. The soil quality reduced by the infiltration of seawater, for example, is one of the natural conditions, which drives the local government to alter the land use. The diminishing agricultural land causes farmers and landowners losing their livelihoods. On the other hand, the development of the industrial sector is not able to accommodate local people to get other jobs. The people, who previously worked in the agrarian sector, have not been able to meet the requirements to become a part of the industrial sector. These practical contexts encourage the emergence of informal economic activity that operates independently, without any help from others. While the number of land is getting decreased, the necessity of land use for informal actors needs to be fulfilled. This problem is solved by transforming the left over space to be a place for these actors to conduct the informal economic activities. Teritorialitas characteristic of informal economic actors is seen through their emergence upon the left over space. Thus, it is characterized by the emergence of various teritories that can be seen from the physical condition of building and affect the interaction patterns among actors In conclusion, these informal economic actors undertake their activities along desakot region using the left over space. This bordering and ordering behavior shaped other functions of space, which can be reflected and analyzed through the concept of teritorialitas typologies on the left over space. Thus, the teritorialitas typologies affect the interaction pattern of each actor. Moreover, the research object can also be analyzed through the State’s perspective as another alternative of further research. The State’s weakness in controlling the illegal buildings and their altered functions becomes an interesting object to be studied then.

Kata Kunci : Teritori, Aktor Informal, Ruang Sisa, Teritorialitas.

  1. S1-2016-317801-abstract.pdf  
  2. S1-2016-317801-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-317801-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-317801-title.pdf