TRANSISI MENUJU RI: DARI REVOLUSI HINGGA RESOLUSI, BEKASI TAHUN 1945-1950an

JAKA SAMUDRI, Uji Nugroho Winardi, M. A

2016 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAH

Riset mengenai Revolusi di Bekasi ini berusaha untuk menjelaskan akar-akar dukungan mayarakat Bekasi kepada RI ketika revolusi tahun 1945-49. Selama Revolusi, Bekasi menjadi garis demarkasi serta basis gerilyawan yang juga anti Pasundan. Pasca revolusi dan runtuhnya RIS, Bekasi kemudian menjadi administratif sendiri sebagai Kabupaten yang disahkan pada 15 Agustus 1950. Selama ini periode revolusi telah banyak dikaji oleh para sejarawan, banyak dari mereka mengatakan bahwa dukungan terhadap RI (pro RI) dianggap suatu kewajaran, hal yang niscaya terjadi karena pergulatan nasionalisme abad ke 20. Temuan riset ini menjelaskan bahwa gagasan nasionalisme yang tersebar sejak awal abad 20 tidak cukup untuk menggerakan sentimen Pro RI di Bekasi. Ada faktor lain yang membuat sentmen Pro RI begitu kuat di Bekasi, seperti faktor kultural yakni antagonisme identitas masyarakat Bekasi yang mengalami eksklusi pada masa kolonial. Dukungan kepada RI memberikan kesempatan baru bagi Bekasi untuk bisa berdiri sendiri secara otonom. Ada juga faktor sosial seperti Revolusi yang memberi peluang untuk mobilitas bagi elit yang ada di Bekasi. Riset ini menggunakan sumber-sumber arsip kenegaraan seperti Sekretaris Negara, Kabinet Perdana Mentri dan juga beberapa arsip koleksi pribadi. Selain itu digunakan juga arsip koran dan wawancara.

This research on the Revolution in Bekasi explains the roots of the Pro- Republic sentiment to support the Independen of Indonesia. During the Revolution, Bekasi became the demarcation lines and the rebel bastion which is also anti Pasundan. Post-revolution and the collapse of the RIS, Bekasi became administrative himself as the district passed on 15 August 1950. During this period of the revolution has been studied by historians, many of them say that the support of the RI (pro RI) is considered an ordinary, necessary thing occurred because nationalist struggle of the 20th century. The findings of this research explained that the idea of nationalism spread since the early 20th century was not enough to drive the sentiment Pro RI in Bekasi. There are other factors that make sentmen Pro RI so strong in Bekasi, such as cultural factors, namely the identity antagonism Bekasi people who experience exclusion in the colonial period. Support to Indonesia to give a new opportunity for Bekasi to be able to stand on its own autonomously. There are also social factors such as the Revolution which provide opportunities for mobility for the elite in Bekasi. This research using the resources of the state archives as the Secretary of State, Cabinet of Prime Minister and also some private collections archives. In addition it is also used newspaper archives and interviews.

Kata Kunci : Bekasi, Revolusi, Federalime, RIS, Negara Kesatuan