KAJIAN KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR PADA RUANG RAWAT INAP DENGAN METODE SIMULASI (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta)
AGUNG WAHYU MAHAJANA, Nur Aini Masruroh, S.T., M.Sc., Ph.D.
2016 | Skripsi | S1 TEKNIK INDUSTRITempat tidur merupakan faktor penting dalam beberapa pengambilan keputusan terkait aktivitas rumah sakit, seperti keputusan penerimaan pasien di ruang rawat inap. Jika pihak rumah sakit menyediakan tempat tidur dengan jumlah yang kurang ketika banyak pasien yang datang, hal ini dapat mengakibatkan waktu tunggu untuk memasuki ruang rawat inap akan semakin lama atau bahkan pasien dapat ditolak. Hal inilah yang terjadi di RSUD Sleman Yogyakarta. RSUD Sleman Yogyakarta melalui Surat Keputusan Februari 2013 telah menetapkan aturan penempatan pasien di ruang-ruang rawat inap dan masing-masing kapasitas ruang rawat inap yang mulai diberlakukan pada tahun 2014. Meskipun sudah diatur penempatan pasiennya, namun dalam praktiknya RSUD Sleman Yogyakarta sering terpaksa melanggar peraturan penempatan pasien. Hal ini disebabkan adanya kebijakan dari RSUD Sleman Yogyakarta yang tidak boleh menolak pasien sehingga jika ada pasien yang datang ketika kapasitas ruang sudah penuh, pasien akan ditempatkan ditempat lain yang kapasitasnya belum penuh meskipun sebenarnya ruang tersebut diperuntukkan pasien jenis lain. Untuk itulah diperlukan adanya kajian kebutuhan tempat tidur di ruang rawat inap RSUD Sleman Yogyakarta. Melalui kajian ini, pihak rumah sakit dapat mengetahui apakah keputusan menempatkan sejumlah tempat tidur di suatu ruang sudah tepat. Penelitian yang dilakukan adalah mengkaji dan mengevaluasi apakah ketersediaan tempat tidur di ruang rawat inap RSUD Sleman Yogyakarta untuk saat ini sudah mencukupi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode simulasi. Data yang digunakan untuk membangun model adalah data pasien yang menginap di sembilan ruang rawat inap RSUD Sleman Yogyakarta selama tahun 2015. Setelah model diverifikasi dan divalidasi, selanjutnya evaluasi dilakukan dengan cara mempertimbangkan utilitas masing-masing ruang rawat inap dan data pasien ketika RSUD Sleman Yogyakarta benar-benar mengikuti aturan penempatan pasien berdasarkan Surat Keputusan Februari 2013. Pertimbangan utilitas menggunakan standar Bed Occupancy Ratio 60-85%. Bed Occupancy Ratio diasumsikan sama dengan utilitas ruangan sehingga untuk utilitas ruangan di atas standar perlu dilakukan penambahan kapasitas. Hasil evaluasi adalah Ruang Cendana kelas 3 dan Kenanga kelas 2 perlu ditambah masing-masing satu tempat tidur. Ruang Alamanda 3 perlu ditambah dua tempat tidur. Ruang Cempaka 2 perlu ditambah tiga tempat tidur. Selain keempat ruang tersebut tidak perlu ditambah jumlah tempat tidurnya.
Bed is an important factor in some decision making related to hospital activities, such as patient acceptance decision in inpatient room. If hospital does not provide enough beds when many patients come, this can lead to long patient waiting time and even patient rejection. This is what happens in RSUD Sleman Yogyakarta. RSUD Sleman Yogyakarta has set patient placement rules in inpatient rooms and each capacity room that has started to be applied since 2014. Eventhough RSUD Sleman Yogyakarta has set patient placement rules, but in reality RSUD Sleman Yogyakarta often has to break the patient placement rules. It happens because there is a policy from RSUD Sleman Yogyakarta that RSUD Sleman Yogyakarta should not reject patient so that if there are some patients come when room is full, patients will be placed in other rooms which is not full yet although those rooms is actually for patients with different type diagnosis or different age. Study of bed needs in RSUD Sleman Yogyakarta inpatient rooms is needed. With this study, RSUD Sleman Yogyakarta can find out whether decision to put a number of beds in some inpatient rooms is right or not. Research is done by studying and evaluating whether current hospital beds availability is enough or not. Research is done by using simulation method. Data being used to build models is data about patients who stay in nine RSUD Sleman Yogyakarta inpatient rooms during 2015. After model has been verified and validated, evaluation is done by considering each inpatient room utility and patients data if RSUD Sleman Yogyakarta truly follows patient placement rules based on Surat Keputusan Februari 2013. Utility consideration uses Bed Occupancy Ratio standard 60-85%. Bed Occupancy Ratio is assumed equal with inpatient room utility so that if inpatient room utility above standard then RSUD Sleman Yogyakarta needs to increase capacity of that room. The result of evaluation is RSUD Sleman Yogyakarta needs to add one bed in 3rd class Cendana room and 2nd class Kenanga room, respectively. Alamanda 3rd room needs to be added two beds. Cempaka 2nd room needs to be added three beds. Beside those four room, RSUD Sleman Yogyakarta does not need to add more bed.
Kata Kunci : pemodelan dan simulasi, tempat tidur ruang rawat inap, evaluasi kebutuhan tempat tidur