Ketidakoptimalan Fungsi Kelompok Mina Ngesti Hanom Roso dalam Upaya Berkelanjutan

RIDHA NURALIA FAUZIAH, Bahruddin, S.Sos., M.Sc.

2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Pembangunan masyarakat merupakan isu yang masih menjadi sorotan terutama di negara dunia ketiga sebagai upaya mengentaskan masalah kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Pentingnya inisiatif lokal dan partisipasi masyarakat sebagai bagian dari model model pembangunan yang menyejahterakan masyarakat desa. Terbukti dengan dijadikannya pedesaaan sebagai titik sentral pembangunan. Selain karena jumlah penduduk miskin pedesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, potensi sumberdaya alam dan kelokalan pedesaan jadi modal utama pembangunan berkelanjutan. Model ini seakan jadi anti tesis model pembangunan sentralistis yang ingin memulihkan roh institusi lokal yang sempat hilang. Pola ini telah diterapkan di berbagai sektor pembangunan salah satunya perikanan. Jika sektor ini dikembangkan lebih optimal dengan basis kelokalan, bukan tidak mungkin sektor ini menjadi pemacu perekonomian yang menjanjikan. Hal ini tampak dari keberhasilan sektor perikanan Sleman yang menjadi sektor unggulan dan penghasil ikan terbesar di DIY. Padahal Sleman bukan merupakan daerah pesisir pantai seperti Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo.Keberhasilan Sleman di bidang perikanan karena Sleman menerapkan strategi pengembangan kelembagaan. Contohnya, Kelompok Minongremboko yang mampu menjadikan desanya sebagai desa wisata edukasi perikanan. Hal ini menginspirasi Kelompok Kepemudaan Dusun Bangsan untuk membentuk kelompok pembudidaya ikan yang bernama Mina Ngesti Hanom Roso. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat lebih jauh kapasitas kelompok yang berasal dari inisiatif lokal dalam mempertahankan keberlanjutannya. Kapasitas kelompok dapat dilihat secara internal maupun eksternal. Internal bermuara pada kemandirian masyarakat dalam melakukan pengelolaan pembangunan. Sedangkan eksternal yaitu pengaruh dari luar yang mampu mempengaruhi internal. Secara lebih rinci pengukuran keberlanjutan institusi, dilihat dengan teori compass sustainability yang mencakup nature, economic, society, and wellbeing. Untuk mengetahui fakta secara komprehensif, peneliti memakai metode penelitian kualitatif deskriptif. Analisis data diperoleh dari beberapa informan yang dipilih secara purposive. Serta menggunaan uji kredibilitas berupa triangulasi dan referensi yang mendukung sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas internal kelompok Mina Ngesti Hanom Roso tidak optimal dilihat dari kegiatan produksi yang masih berjalan akan tetapi secara kelembagaan seolah-olah tidak berfungsi. Hal ini disebabkan karena konflik internal dan kurangnya partisipasi anggota. Ditambah keterbatasan negara dalam menjalankan fungsi monitoring dan evaluasi. Kata kunci: pembangunan, keberlanjutan, institusi, kapasitas

The society development becomes the most targeted issue in the third world as the effort of cutting down poverty problem and achieving social welfare. The importance of local initiative and society participation as a part of development model gives prosperity to the villagers. It is proven by the formation of villages as the central of development. Besides due to the fact that the total poor people in villages are more than those in the cities, the natural resource potential and village localization becomes the main capital of continuous development. This kind of model will become an anti-thesis of centralized development model which wills to recover the local institution spirit that disappeared for a moment. This pattern is applied in various development sectors, one of which is fishery. If this sector was developed optimally by using localized base, it is not impossible for this sector in becoming a promising economy trigger. This is shown from the success of fishery sector in Sleman which becomes superior sector and the largest fish producer in Yogyakarta. In fact, Sleman is not in seaboard just like in Gunungkidul, Bantul and Kulonprogo. The success of Sleman in fishery sector is due to the fact that Sleman implements the strategy of institution development. For example, Minongremboko group who is able to make their village the fishery education tourism village. This thing inspires the Youth Group of Bangsan Village to form a group of fish cultivator named Mina Ngesti Hanom Roso. In this research, the researcher was willing to see further about the group capacity which comes from the local initiatives in defending the continuation. The group capacity can be seen internally or externally. The internal one disembogues to the people independence in conducting the development management. On the other side, the external one is the influence from the outside which is able to influence the internal side. In detail, the measurement of institution continuation can be seen by the theory of compass sustainability which includes nature, economic, society, and wellbeing. To discover the fact comprehensively, researcher used descriptive qualitative research method. The data analysis was obtained from some informants chosen purposively. The credibility test was also used in from of triangulation and reference that support as the examination technique of data validity. The result of the research showed that the internal capacity of Mina Ngesti Hanom Roso group was not optimal seen from the ongoing production activity; however, the institution did not go well. This is due to the internal conflict and the lack of member participation. In addition, there was a lack of monitoring and evaluation function from the state. Keywords: development, continuation, institution, capacity

Kata Kunci : pembangunan, keberlanjutan, institusi, kapasitas