Laporkan Masalah

Hubungan Frekuensi Donasi Darah dengan Status Besi pada Donor di Unit Donor Darah PMI Kota Yogyakarta

DINAR HANIFAH, Dr. dr. Tri Ratnaningsih, M.Kes, Sp.PK(K); Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.PK(K), MM

2016 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Pada tahun 2013, jumlah kantong darah yang tersedia baru mencapai sekitar 50% dari total kebutuhan kantong darah. Tingginya angka kebutuhan darah di dunia menyebabkan diperlukannya donasi darah yang berulang. Donasi darah memiliki pengaruh yang besar terhadap cadangan besi tubuh dan merupakan faktor yang sangat penting terhadap kejadian defisiensi besi pada donor. Pada donasi darah akan terjadi pengurangan kadar besi sebanyak 200-250 mg dari setiap prosedur pengambilan darah sebanyak 425-475 mL. Frekuensi donasi yang sering dapat menyebabkan terjadinya defisiensi besi dan anemia. Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat mencegah individu yang mengalami anemia untuk mendonasikan darahnya, tetapi bukan merupakan prediktor yang baik untuk mengukur status besi pendonor. Tujuan: Mengetahui hubungan frekuensi donasi darah dengan status besi pada donor di PMI Kota Yogyakarta. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian potong lintang. Subyek penelitian adalah donor di UDD PMI Kota Yogyakarta antara September hingga November 2014 yang memenuhi kriteria penelitian ini. Sampel diambil secara konsekutif dengan jumlah 120 donor. Hasil: Terdapat 98 subyek yang memenuhi kriteria, terdiri dari 74 donor laki-laki dan 24 donor perempuan. Dari seluruh 98 subyek, 49 subyek mendonasikan darahnya 1 kali (50%), 21 subyek mendonasikan darahnya 2 kali, 21 (21,4%) subyek mendonasikan darahnya 3 kali dan 7 (7,1%) subyek mendonasikan darahnya 4 kali dalam 1 tahun. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi donasi dengan kadar feritin (p = 0,005 ; r = -0,280) dan saturasi transferrin (p = 0,034; r = -0.214). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi donasi darah dengan status besi, dalam hal ini feritin serum dan saturasi transferrin, pada donor di Unit Donor Darah PMI Kota Yogyakarta.

Background: In 2013, only about 50% of blood supply fulfilled the total need of blood. The high demands for blood enhance the need for repeat donors. Blood donation has a profound impact on body iron stores and is an important factor for iron deficiency in blood donors. At blood donation, 200-250 mg iron are lost from each collection procedure of 425-475 mL blood. Higher donation frequency can results in iron deficiency and anemia. Assessment of hemoglobin level can prevent donation by individuals with anemia, but it is not a good predictor for iron status of donors. Objective: To determine the relationship between donation frequency and iron status in donors at UDD PMI Yogyakarta. Method: The study design was a cross sectional study. From September to November 2014, 120 donors from UDD PMI Yogyakarta were studied. Sample was selected based on the selection criteria and collected consecutively. Results: There were 98 subjects that fulfilled the criteria, 74 male donors and 24 female donors. From 98 subjects, 49 subjects (50%) had 1 donation, 21 subjects (21,4%) had 2 donation, 21 (21,4%) subjects had 3 donation and 7 subjects (7,1%) had 4 donation within the previous year. The blood donation frequency per year significantly related to serum feritin level (p = 0,005 ; r = -0,280) and transferrin saturation (p = 0,034; r = -0.214). Conclusion: There is relationship between donation frequency and iron status (serum feritin level and transferrin saturation) in donors at UDD PMI Yogyakarta.

Kata Kunci : Status besi, frekuensi donasi, donasi darah, iron status, donation frequency, blood donation