WANITA SIFON (Studi Ethno-Phenomenology)
KHETYE ROMELYA SABA, Prof. Drs., Koentjoro MBSc., Ph.D.
2016 | Tesis | S2 PsikologiTradisi sifon adalah tradisi hubungan seks dengan wanita lain yang bukan istri atau pasangan tetap, dan wajib dilakukan 2-4 hari pasca sunat tradisional laki-laki suku Atoin Meto. Tradisi sifon bertujuan untuk membuang panas, kotor atau penyakit dan "kasi dingin" (mendinginkan) luka sunat dengan cairan vagina sebagai "obat besar" Wanita yang melayani hubungan seks dalam rangka sifon (wanita sifon),menerima imbalan berupa uang. Penelitian ini dilakukan untuk membuka pemikiran masyarakat tentang sifon dengan mengeksplorasi dan menganalisa alasan, faktor-faktor penyebab, latar belakang dan dampak bagi perempuan suku Atoin Meto menjadi wanita sifon, dalam rangka memahami wellbeing wanita sifon. Berdasarkan maksud tersebut penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan, mengapa perempuan suku Atoin Meto mau menjadi wanita sifon? Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan ethno-phenomenology. Subjek penelitian diperoleh dengan pendekatan carapurposive sampling dan diperoleh dua orang subjek. Proses pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Tehnik analisa data dilakukan dengan mengelompokkan data ke dalam tema-tema kultural.Hasil penelitian menunjukkan pertama, masyarakat masih memiliki persepsi dan sikap positif terhadap budaya sifon.Kedua, alasan dan faktor penyebab menjadi wanita sifon ada dua yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain faktor ekonomi dan faktor sosial. Faktor internal yaitu adanya kebutuhan seks termasuk pada saat menjadi janda.Ketiga, latar belakang perempuan suku Atoin Meto mau menjadi wanita sifon yaitu suku Atoin Meto lebih mendahulukan adat/tradisi daripada agama dan kurangnya pengetahuan tentang dampak hubungan seks sifon sehingga kurang memperhatikan dampak negatif dari hubungan seks sifon. Proses pengambilan keputusan menjadi wanita sifon dipengaruhi oleh pengetahuan, persepsi dan rasionalisasi terhadap tradisi sifon. Keempat, dampak menjadi wanita sifon antara lain mendapatkan kepuasan seksual dari hubungan seks dalam rangka sifon; adanya tindakan menolong pasien sunat menyembuhkan luka sunat; dampak sosial meskipun menjadi tempat buang kotor namun wanita sifon merupakan "obat besar" sehingga tidak dikucilkan tapi dicari/diperlukan. Kelima, lebih banyak dampak positif yang didapat saat menjadi wanita sifon menyebabkan tetap berulang perilaku tersebut. Menjadi wanita sifon tetap dilakukan antara lain karena merupakan tindakan menolong pasien sunat. Dengan demikian menunjukkan bahwa perempuan suku Atoin Meto merasa bahagia jika dapat membantu orang lain. Hal ini menunjukkan wellbeing wanita sifon.
Sifon is a tradition of having sex with another woman who is not his wife or fiancee, and it must be done 2-4 days after the traditional male circumcision of Atoin Meto. Sifon aims to remove heat, dirty or disease and "kasi dingin" of circumcision with vaginal fluid as "obat besar." Women who serve sifon (sifon women) will receive financial rewards. This study was conducted to open society's thought about sifon by exploring and analyzing the reasons, causes, background and impacts to Atoin Meto's women become sifon women in order to understand the wellbeing of sifon women. This research is intended to answer the question of why Atoin Meto's women wants to be come sifon women? This Research used qualitative methods with ethno-phenomenology approach. Subjects were obtained by purposive sampling and two women were participated. The process of data collection was conducted through interviews, observations and documentations. The technique of data analysis was done by grouping data into cultural themes. The resultof this research showed that firstly , society still have perception and positive attitude through sifon culture. Secondly,the reason which causing them become sifon women divided into two, external and internal. The external factor is financial and social. The internal factor isthe sex needs, especially for widows. Thirdly, background of Atoin Meto's women become sifon women is Atoin Meto prefer to do the tradition than religion, besides that the lack of knowledge about the impact of the sex sifon tradition or sifon, then theyless of attention ofnegative impact of sifon. The decision making-process to be a sifon woman was influenced by the knowledge, perception and rationalisation of the sifon's tradition. Fourthly, the impact of become of sifon woman among others is getting sexual satisfaction from having sex in sifon's tradition; it is an action to help Atoin Meto's man in healing the circumcision; social impact, although being dirty sifon women is "obat besar". So, they are not isolated but they are needed. Lastly, the positive effects that sifon women"s get, causing sifon women keep doing sifon tradition. Finally, Atoin Meto's women feel happy if they can help others. This situation shows the wellbeing of sifon women.
Kata Kunci : Wanita sifon, tradisi sifon.