HUBUNGAN ANTI-HBC DENGAN HEPATITIS B TERSAMAR PADA WARIA DI YOGYAKARTA

MUH. JALUL M, dr. Didik Setyo Heriyanto, Ph.D, Sp.PA ; dr. Hanggoro Tri Rinonce, Ph.D

2016 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang : Infeksi hepatitis B merupakan masalah global yang dapat menyebabkan kondisi mulai dari infeksi dengan tanpa gejala hingga kanker hepatoseluler. Waria adalah populasi berisiko terinfeksi virus hepatitis B(VHB) melalui kontak seksual. Infeksi hepatitis B tersamar atau OBI didefinisikan sebagai infeksi VHB dengan terdeteksinya DNA VHB dan tanpa terdeteksinya antigen permukaan hepatitis B (HBsAg). OBI terlibat dalam beberapa masalah klinis diantaranya transmisi infeksi melalui transfusi darah. Baku emas untuk diagnois OBI adalah dengan analisis ekstraksi DNA VHB dari sampel hati atau darah. Selain ekstraksi DNA, anti-HBc mungkin juga berguna dalam diagnosis OBI, antibodi ini hampir selalu ditemukan pada pasien dengan infeksi VHB di masa lampau. Pemeriksaan anti-HBc relatif murah jika dibandingkan dengan ekstraksi DNA VHB dari sampel hati atau darah, sehingga diharapkan anti-HBc bias digunakan sebagai petanda penapisan OBI. Tujuan : Mengetahui apakah temuan anti-HBc dalam serum dapat digunakan sebagai petanda penapisan OBI. Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan sampel darah subjek waria yang telah terdiagnosis HBsAg negatif dengan metode reverse passive hemaglutination. Kemudian dilakukan pemeriksaan status anti-HBc dengan metode passive hemaglutination dan DNA VHB dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan elektroforesis. Dari data yang terkumpul akan dilakukan penghitungan prevalensi anti-HBc positif dan negatif pada sampel OBI. Hasil : Dari 42 sampel HBsAg negatif, didapatkan 17 (40,5%) sampel positif OBI. Dan dari 17 sampel positif OBI tersebut didapatkan 10 (59%) sampel anti-HBc positif. Kesimpulan : Persentase status anti-HBc positif pada subyek waria dengan OBI lebih tinggi jika dibandingkan anti-HBc negatif, sehingga anti-HBc bias dipertimbangkan sebagai petanda penapisan kasus OBI.

BACKGROUND: Hepatitis B infection is a global problem that can cause conditions ranging from infection without symptoms to hepatocellular carcinoma. Transvestites are population at risk of hepetitis B virus (HBV) infection through sexual contact. Occult hepatitis B infection (OBI) is defined as HBV infection with detectable HBV DNA and undetectable hepatitis B surface antigen (HBsAg). OBI is involved in some clinical problems including the transmission of infection through blood transfusion. The gold standard for diagnosis of OBI is the analysis of HBV DNA extracted from liver or blood samples. In addition to DNA extraction, anti-HBc may also be useful in the diagnosis of OBI, these antibodies are mostly present in patients with past HBV infection. Anti-HBc test are relatively inexpensive when compared with HBV DNA extraction from the liver or blood sample, therefore we expect that anti-HBc can be used as a screening marker for OBI. OBJETIVE: Knowing whether the findings of anti-HBc in serum can be used as a screening marker for OBI. METHOD: This study used cross sectional design with transvestite�s blood samples that have been diagnosed as HBsAg negative with reverse passive hemaglutination method. The status of anti-HBc were examined with passive hemaglutination method and the status of HBV DNA were examined with Polymerase Chain Reaction (PCR) and electrophoresis. From the collected data, the prevalence between anti-HBc positive and negative will be counted in OBI positive samples. RESULT: From 42 HBsAg negative samples, 17 (40,5%) samples were OBI positive. And from 17 OBI positive samples, 10 (59%) samples were anti-HBc positive. CONLUSION: The percentage of anti-HBc positive status in transvestites subjects with OBI were higher than anti-HBc negative status, therefore anti-HBc may be considered as a screening marker for OBI.

Kata Kunci : hepatitis, hepatitis B, occult hepatitis B infection, anti-HBc, anti HBc, Waria, transvestite,