Multitude Warga Negara Aktivis: Politik Kewargaan Gerakan Baku Peduli
IGNASIUS JAQUES JURU, Dr. Cornelis Lay, MA
2016 | Tesis | S2 Politik dan PemerintahanRiset ini berusaha untuk melacak politik dari subjek yang senjang, subjek yang disebut sebagai warga negara yang lahir sebagai antagonisme terhadap struktur simbolik dominan yang sedang dan terus mengisi ruang kosong kekuasaan, menciptakan efek universal sehingga seolah menjadi representasi tunggal bagi cara berpolitik warga di Manggarai Barat. Dalam rumusan yang lebih lengkap, saya ingin melacak bagaimana antagonisme politik ini, sebagai warga negara aktivis, membangun multitude warga negara aktivis. Tesis dasar yang dikemukakan dalam riset ini adalah, kewargaan merupakan tindakan yang membangun keterputusan terhadap tatanan sibolik yang hegemonik melalui multitude warga negara aktivis Tesis ini didasari pada upaya penulis untuk menjelaskan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh Gerakan Baku Peduli terhadap struktur simbolik atau ideologi yang menjadi prinsip regulatif yang mendasarai cara kerja negara di Kabupaten Manggarai Barat. Perlawanan tersebut hadir karena adanya limitasi dalam kerja ideologi neoliberal yang menjadi rasionalitas politik negara. Ideologi neoliberalisme yang menjadi rasionalitas politik yang memandu cara kerja negara, memiliki limitasi sebagai suatu ideologi yang hendak memberikan pemaknaan mengenai kerja pembangunan yang melahirkan kesejahteraan. Limitasi dalam ideologi ini nampak jelas dalam krisis atau soal yang ditimbulkan oleh beroperasinya nalar pasar. Dari studi ini, penulis menemukan bahwa, bekerjanya neoliberal telah menyebabkan tereksklusinya warga lokal seperti yang terjadi di Pantai Pede. Selain itu, nalar neoliberal yang mendewakan modal sebagai salah satu elemen konstitutifnya, telah melahirkan keterjajahan petani. Namun demikian, seperti yang ditegaskan oleh Badiou: manusia adalah makhluk yang mampu mengenali dirinya sendiri sebagai korban. Di momen seperti itu ia menolak menjadi sampah. Ia ada bukan menuju mati tetapi ia ada menuju emansipasi, dia adalah demos. Krisis yang menjelaskan limitasi dalam ideologi neoliberal menjadi kondisi yang justru melahirkan perlawanan. Limitasi dalam ideologi neoliberal telah melahirkan subjek politik yang mendasari dirinya pada prinsip baku peduli. Dalam prinsip ini mereka hadir sebagai warga negara aktivis yang bertindak membangun keterputusan dengan tatanan yang ada. Kehadiran tersebut mewujud dalam multitude warga negara aktivis. Membangun multitude menjadikan gerakan baku peduli sebagai gerakan warga negara aktivis yang mengambil bentuk Movement of movements.
This study is aimed mainly at tracing the politics of the lacking subjects. The subjects who become the activist citizens that try to resist the symbolic order that is hegemonizing the empty space of power in Western Manggarai Regency. In other words, the study is proposed to explain the politics of citizenship that i call here the multitude of activist citizens. In this study, I put forward the argument that citizenship is the act that creates the rupture in the hegemonic order through making the multitude of activist citizens. This argument is generated by analysing the Baku Peduli Movement as an antagonistic forces that resist against the neoliberal regime. The resistance emerges because of the permanent limitations of neoliberal ideology that become the regulative principle of the state. Limitations of the neoliberal appear explicitly within the crises or the problems that are produced by it. This study has found various problems, for example, dispossession or exclusion of local people from their public space (called: Pantai Pede). The exclusion or dispossession happens as a result of the oracle of neoliberalism. This oracle operates within tourism sector in shape of policies. Another problems take place in agriculture sector. In this sector, neoliberalism works through agribusiness logic which brings about the coloniality conditions for the peasants. As Badiou said, however, �the man is the creature that has a capacity to know himself as a victim. In that moment, he/she defies to be a worthless people. He/ she exists not to go to the death but to the emancipatory life. He/ she is a demos. Those crises that have shown to us the limitations of the neoliberal ideology, at once become the condition of possibility of the resistance of Baku Peduli Movement. The movement emerges by organizing and making the multitude of the activist citizens. This multitude take place in two organizing movements: first, Save Pede Movement and the second, Daulat Tani Movement. By making the multitude of activist citizens, Baku Peduli Movement becomes Movement of movements.
Kata Kunci : Neoliberal, activist citizens, multitude