HUBUNGAN ANTARA KADAR HIGH SENSITIVITY C REACTIVE PROTEIN DENGAN KEJADIAN GAGAL JANTUNG AKUT PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT
STEFI GEOVANI V H, dr. Anggoro Budi Hartopo, M.Sc, Sp.PD, Ph.D; dr. Royhan Rozqie, Ph.D
2015 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTERLatar Belakang : Gagal jantung sulit didiagnosis secara klinis karena banyak gejala yang tidak spesifik. Berdasarkan penampakan klinis penyakit jantung iskemik, salah satu yang dapat dijadikan penanda adalah peningkatan kadar marka tertentu. High sensitivity C reactive protein (hsCRP) menggambarkan suatu proses inflamasi dan tampaknya merupakan marka paling sesuai untuk menilai proses inflamasi di praktik klinis. Peningkatan kadar CRP bisa digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko gagal jantung kongestif paska sindroma koroner akut. Metode : Sampel hsCRP dikumpulkan secara berurutan pada 198 pasien setelah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan konsentrasinya diukur dengan metode imunoturbidimetrik. hsCRP akan dikelompokkan menjadi kadar hsCRP tinggi dan rendah berdasarkan nilai median. Kejadian gagal jantung akut diukur menggunakan klasifikasi Killip dan dikelompokkan menjadi dua kelas, Killip 1 (tanpa gagal jantung) dan Killip 2 (Killip 2-4 atau dengan gagal jantung akut). Uji bivariat menggunakan uji x2 digunakan untuk melihat hubungan diantara kedua variabel. Hasil : Sebanyak 23 pasien mengalami gagal jantung akut. Median kadar hsCRP pada pasien tanpa gagal jantung akut (n=174) adalah 0.29 mg/L, sedangkan median kadar hsCRP pada pasien gagal jantung akut (n=23) adalah 1.04 mg/L. Pada analisis x2, proporsi pasien dengan kadar hsCRP tinggi yang mengalami gagal jantung adalah 16.5%, sedangkan pasien dengan kadar hsCRP rendah adalah 7.1%(p<0.05; OR=2.564; CI 95%: 1.25-3.9). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kadar high sensitivity C reactive protein dengan kejadian gagal jantung akut. Kata Kunci : infark miokard akut, high sensitivity C reactive protein (hsCRP), gagal jantung akut, klasifikasi killip.
Background : Heart failure is difficult to be diagnosed because of unspecific symptoms. Based on the clinical appearance of ischemic heart disease, specific increased of biomarker can be used to determine the ongoing process of inflammation which resulted in heart failure. High sensitivity C reactive protein (hsCRP) reflects the ongoing inflammation and likely to be the most suitable to be used in clinical setting. The increasement of hsCRP value can identify risk of congestive heart failure in post-acute coronary syndrome patients. Methods : Samples of hsCRP were collected on admission in 198 consecutive patients after being adjusted into inclusion and exclusion criteria and measured the concentration by immunoturbidimetric method. hsCRP was categorized into high and low hsCRP concentration based on median. Incidence of acute heart failure was measured by Killip classification and categorized into two class, Killip 1 (without heart failure) and Killip 2 (Killip 2-4 or with acute heart failure). Bivariate analysis using x2 test was used to determine the association between two variables. Result : 23 patients had acute heart failre. Median hsCRP value on patients without heart failure (n=174) was 0.29 mg/L, meanwhile median hsCRP value on patients with acute heart failure (n=23) was 1.04 mg/L. There was a significant difference of mean hsCRP value between patients with and without acute heart failure (p= 0.02). Proportion of acute heart failure patients with higher hsCRP concentration was 16.5% and sedangkan pasien dengan kadar hsCRP rendah adalah 7.1%(p<0.05; OR=2.564; CI 95%: 1.25-3.9). Conclusion : There is a significant association between high sensitivity C reactive protein concentration and incidence of acute heart failure. Keywords : Acute myocardial infarction, high sensitivity C reactive protein (hsCRP), Acute heart failure, Killip classification.
Kata Kunci : infark miokard akut, high sensitivity C reactive protein (hsCRP), gagal jantung akut, klasifikasi killip