INDEPENDENSI PEREMPUAN SEBAGAI SECOND SEX DALAM MANSFIELD PARK KARYA JANE AUSTEN DAN KALAU TAK UNTUNG KARYA SELASIH
RISZA DWIPUTRI, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA
2016 | Tesis | S2 Ilmu SastraPerempuan yang ditempatkan pada posisi sebagai mahluk kelas dua di bawah laki-laki telah dipisahkan menurut gendernya sebagai mahluk inferior. Citra perempuan cenderung digambarkan sebagai tokoh yang lemah lembut, baik, yang bertugas mengurus rumah tangga dan membesarkan anak. Sedangkan laki-laki bertugas di luar rumah, mencari nafkah, dan bekerja dengan kekuatan. Walaupun banyak karya yang menunjukkan kehebatan dan keinginan perempuan untuk maju, pada akhirnya perempuan tetaplah sebagai sosok yang dirumahkan; dicarikan jodoh, dinikahkan, mempunyai anak, dan hidup bahagia selamanya. Diferensiasi perlakuan ini sudah mengakar dalam masyarakat dunia yang secara tidak langsung memperlihatkan perempuan tidak memiliki independensi atas diri mereka. Dalam hal pendidikan pun, perempuan masih memiliki keterbatasan untuk bisa mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Namun masih bisa ditemukan perempuan yang berani keluar dari jalur normal aturan masyarakat untuk menentukan hidup mereka. Dengan beranjak dari asumsi bahwa perempuan mampu keluar dari ranah domestiknya dan turut mengambil bagian dalam ranah publik dengan bergerak menggunakan pendekatan feminisme, novel Mansfield Park karya Jane Austen dan Kalau Tak Untung karya Selasih memiliki potensi yang dimaksud. Penelitian ini menemukan bahwa perempuan tidak memiliki kuasa atas dirinya dan kebebasan untuk menentukan hidupnya tidak peduli dalam latar budaya apa dia dibesarkan, patriarkat dan matriarkat sama-sama melihat perempuan sebagai mahluk kelas dua. Namun dalam dua novel, masing-masing pengarang berusaha mengkritik masyarakat yang menjadikan perempuan sebagai objek penindasan ekonomi dan patriarki dengan memperlihatkan bahwa perempuan bisa berubah menjadi individu yang bebas berpikir. Tetapi tentu ada individu yang lebih independen dan lebih kuat dibandingkan individu lainnya. Sistem matriarkat yang menempatkan perempuan sebagai pemegang harta di Minangkabau menunjukkan bahwa perempuan tidak perlu menikah untuk mencapai kestabilan finansial. Sebaliknya, perempuan Inggris harus menikah jika ingin mendapatkan kestabilan finansial dan kedudukan sosial dalam masyarakat. Pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa perempuan dapat terbebas dari otoritas laki-laki dan menghilangkan posisi inferior dan status sebagai warga kelas dua jika mereka mau membantah dan melawan usaha-usaha yang menempatkan mereka di bawah kekuasaan laki-laki.
Women who have been placed in the position of being second sex under the men had been separated according to their gender as inferior beings. The image of women tends to be portrayed as a gentle kind figure, which have to take care of housekeeping and child rearing. Meanwhile the men are placed out of the house to make a living and working with their strength. Although there are many literary works that show the greatness and women's desire to move forward, women will eventually remains as someone who are placed at home; the partners are sought, the marriage are arranged, have to have children, and live happily ever after. The differentiation of this treatment is rooted in the world community, which indirectly shows that women do not have their own independence. In education field, women still have limitations to be able to get a higher education. However, we can still found women who venture out of the path of the normal rules of society to shape their own lives. Moving from the assumption that women are able to get out of the domestic sphere and take part in public life by using feminist approach, Mansfield Park by Jane Austen and Kalau Tak Untung by Selasih have the those kind of potentials. This research found that women do not have power over themselves and the freedom to determine their life no matter their cultural background, both patriarchal and matriarchal equally viewed women as second-class beings. However, in these novels, both authors tried to criticize the society who make women as objects of economic and patriarchy oppression by showing us that women can turn into free-thinking individuals. However, it is obvious there is individual who is more independent and powerful than another one. Matriarchal system that puts women as the property holder in Minangkabau shows that women do not need to get married in order to achieve financial stability. In contrast, British women should get married if they want to get financial stability and social position in the community. In the end, it can be concluded that women can be free of male authority and eliminate their inferior position and status as second sex if they want to confute and fight those efforts which place them under male authority.
Kata Kunci : independensi, inferior, superior, second sex, feminisme, patriarki, perempuan