DEMOKRATISASI ERA THE ARAB SPRING DI NEGARA-NEGARA ARAB (STUDI KASUS TUNISIA, MESIR, DAN SURIAH)

AHMAD SAHIDE, Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U.,M.A. Dr. Siti Muti'ah Setiawati, M.A. Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A.

2016 | Disertasi | S3 ILMU AGAMA DAN LINTAS BUDAYA

Negara-negara Arab mengalami kegoncangan politik sejak Januari 2011. Peristiwa politik yang dimulai aksi bunuh diri seorang permuda bernama Mohammed Bouazizi (Tunisia) hingga merambat ke negara-negara Arab lainnya, seperti Mesir, Suriah, dan lain-lain. Peristiwa politik tersebut menjadi awal kebangkitan gerakan massa (people power) untuk bangkit melawan rezim-rezim diktator di sebagian besar negara-negara Arab. Kebangkitan gerakan massa itulah yang mengakhiri kekuasan beberarapa pemimpin tiran, dimulai dari Tunisia, Zein Al-Abidin Ben Ali, disusul oleh berakhirnya era Mubarak di Mesir, dan Suriah yang sampai hari ini masih terus bergejolak untuk melawan rezim Bashar al-Assad, dan beberapa negara Arab lainnya yang tidak terlepas dari gejolak politik tersebut. Peristiwa politik ini disebut dengan istilah "The Arab Spring" atau Musim Semi Arab. Penulis dalam kajian ini melihat bahwa bergejolaknya The Arab Spring 2011 lalu karena ada beberapa faktor pencetus (trigger factors), yaitu latar belakang kondisi sosial-ekonomi, misalnya tingginya tingkat pengangguran, banyaknya kasus-kasus pelanggaran HAM dari rezim yang otoriter. Selanjutnya adalah munculnya komunitas-komunitas intelektual yang membangun kesadaran masyarakat secara luas yang juga didukung oleh peran media sosial. Keberhasilnya the Arab Spring tidak terlepas dari faktor-faktor tersebut. Persitiwa inilah yang kemudian menghadirkan harapan untuk hidup lebih baik dengan sistem yang demokratis. Namun demikian, demokrasi yang menjadi harapan masyarakat Arab setelah bergulirnya The Arab Spring diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Penelitian ini mengkaji secara mendalam tantangan demokratisasi di negara-negara Arab dengan mengambil Tunisia, Mesir, dan Suriah sebagai studi kasus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya faktor internal dan eksternal yang menjadi tantangan demokratisasi di negara-enagar Arab. Faktor internalnya adalah rendahnya partisipasi politik di negara-negara Arab di mana hal itu tidak terlepas dari sejarah politik dinasti di dunia Islam sejak berakhirnya kekhalifahan Khulafa al-Rasyidun. Faktor eksternalnya adalah kehadiran pihak-pihak asing yang memainkan politik standar ganda. Dari ketiga negara yang penulis teliti, Tunisia yang paling berhasil mengonsolidasikan demokratisasinya, sementara Mesir mengalami kegagalan di tengah jalan karena adanya kudeta oleh kelompok militer. Kegagalan demokratisasi Mesir karena Amerika ikut berperan dalam penggulingan Muhammad Mursi yang dipilih secara demokratis. Adapun Suriah bahkan belum berhasil menggulingkan rezim yang diktator yang juga tidak terlepas dari kehadiran pihak-pihak asing. Amerika Serikat mendukung oposisi untuk menggulingkan Bashar al-Assad, sementara Rusia dan China (Tiongkok) mendukung rezim Assad untuk memertahankan kekuasaannya. Dari ketiga contoh kasus tersebut, penulis menemukan bahwa ada peran pihak-pihak asing yang sangat menentukan berhasil atau gagalnya demokratisasi di negara-negara Arab. Pihak asing akan mendorong demokratisasi di negara-negara Arab sepanjang hal tersebut dapat menjaga kepentingannya. Sebaliknya, demokratisasi akan digagalkan jika hadirnya pemimpin dari proses yang demokratis tidak dapat menjaga kepentingan nasionalnya.

The Arab States have faced political turbulence since January 0f 2011. This political event began by suicide action from a youth named Mohammed Bouazizi (Tunisia)until it spread to the other states such as Egypt, Syria, and the like. The political event became the beginning of the people power to fight against dictator regime in most of the Arab States. The rise of the people power succeeded to end the power of some tyrannical regimes, beginning from Tunisia, Zein Al-Abidin Ben Ali, followed by the end of Mubarak's regime in Egypt, Syria still having political turbulence until now in order to overthrow Bashar al-Assad's regime, and some other Arab States which can't be irrespective from the political turbulence. This political event is called "The Arab Spring". The writer in this research found that the turbulence of the Arab Spring in 2011 due to some trigger factors, namely the social-economic background, for example the high level of unemployment, there were many human right violations of the ruling authoritarian regimes. Next was the existing of the intellectual communities building awareness of the society in large which was also supported by the role of the social media. The success of the Arab Spring was not irrespective from those factors. This event, then, brings hope for the better life with a democratic system. However, the democratization hoped by Arab society after the Arab Spring faces some challenges. This research studies democratization in the Arab States by taking Tunisia, Egypt, and Syria as the case study. The result of this research shows that there are internal and external factors becoming the challenge of the democratization in the Arab States. The internal factor is the low political participation of the society in the Arab States where it's not irrespective from the history of the political dynasty in Islamic world after the end of Khulafa al-Rasyidun era. The external factor is existing of the foreign sectors playing double standard politics. From the three states that the writer researched, Tunisia is the most successful in consolidating its democratization, whereas Egypt failed in the middle of its way due to the coup d'etat from the military regime. Egypt's failure of its democratization because America took role in overthrowing president elected democratically, Mohammad Mursi. In another side, Syria hasn't been succeeded in overthrowing the authoritarian regime which also can't be seen without the presence of the foreign sectors. America gives support for the opposition in overthrowing Bashar al-Assad, whereas Russia and China (Tiongkok) give support for Assad's regime to keep his power. From the three cases of the example, the researcher found that there are decisive roles of the foreign sectors (states) in deciding whether the democratization succeeded or failed. The foreign sectors (states) will support the democratization in the Arab states as long as it will keep its national interests. In contrast, the democratization will be made failed if the existence of the democratic leader can't keep its national interest.

Kata Kunci : Arab Spring, kekuatan rakyat, demokratisasi, negara-negara asing, rezim diktator.