PERBEDAAN KADAR ENDOTHELIN-1 PADA INFARK MIOKARD AKUT DENGAN KEJADIAN GAGAL JANTUNG AKUT DAN TANPA GAGAL JANTUNG AKUT
MUHAMMAD REYHAN HADWIONO, Dr. dr. Budi Yuli S., Sp.PD-KKV, Sp.JP(K); dr. Anggoro Budi H.,M.Sc,Sp.PD,Ph.D
2016 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTERLatar belakang: Gagal jantung akut merupakan salah satu komplikasi dari kejadian infark miokard akut. Di Yogyakarta, kejadian IMA termasuk tinggi di Indonesia. Endothelin-1 merupakan biomarka yang berperan dalam kejadian IMA. Kadar endothelin-1 pada pasien IMA dengan gagal jantung akut perlu diteliti. Metode: Desain penelitian adalah studi potong lintang. Pencuplikan subyek penelitian dilakukan di ICCU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penilaian status gagal jantung menggunakan skor Killip dan pengambilan serum endothelin-1 dilakukan saat pasien admisi. Penghitungan kadar endothelin-1 menggunakan metode ELISA. Perbedaan rerata kadar endothelin-1 diuji dengan metode Mann Whitney. Angka kemaknaan yang diterima adalah p<0,05. Hasil: Terdapat 118 subyek, yang terdiri dari 11 IMA dengan gagal jantung akut dan 107 IMA tanpa gagal jantung akut. Rerata kadar serum endothelin-1 berbeda bermakna antara kelompok IMA dengan gagal jantung akut dan kelompok IMA tanpa gagal jantung akut (2,84 ±1,25 vs 4,70 ±1,97; p=0,004). Kesimpulan: Kadar endothelin-1 pada pasien IMA dengan gagal jantung akut lebih tinggi dibanding pasien IMA tanpa gagal jantung akut. Endothelin-1 dan gula darah sewaktu merupakan faktor independen kejadian gagal jantung akut pada infark miokard akut.
Background: Acute heart failure is one of acute myocardial infarction complications. Incidence of IMA in Yogyakarta is higher than many provinces In Indonesia. Endothelin-1 is a biomarker which has a role ini process of IMA. We need to investigate endothelin-1 level in IMA patient with acute heart failure. Method: Cross sectional study was choosen for this research. Sampling was done in ICCU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Killip score was used to assess heart failure status. Assessment and serum collection was done on the time of patient admission. Calculation of endothelin-1 serum level performed using ELISA method. The difference of endothelin level was analyzed using Mann-Whitney method. Statistical significance was considered if p<0,05. Results: There are 118 subjects, consist of 11 IMA with heart failure and 107 IMA without acute heart failure. The mean endothelin-1 level statisticaly diferent between IMA with acute heart failure group and IMA without acute heart failure (2,84 ±1,25 vs 4,70 ±1,97; p=0,004). Conclusion: Endothelin-1 serum level is higher in IMA patient with acute heart failure than IMA patient without acute heart failure. Endothelin-1 and random blood glucose are independent factors of acute heart failure in myocardial infarction.
Kata Kunci : gagal jantung akut, infark miokard akut, endothelin-1, Acute heart failure, acute myocardial infarction