GANGGUAN PRODUKSI BUNYI UJARAN PENDERITA AFASIA KARENA STROKE Studi Kasus di Dep/SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD Dr. Soetomo Surabaya

LUITA ARIBOWO, S.S.,M.A., Prof.Drs. Stephanus Djawanai, M.A.,P.hD ; Prof. Drs. Soepomo Poedjosoedarmo, M.A.,P.hD

2016 | Disertasi | S3 Linguistik

Kemampuan berbahasa pada manusia, merombak kemampuan kualitatif otak manusia. Tengkorak manusia membesar, sehingga otak juga membesar, membedakan manusia dengan binatang. Otak mempunyai peran penting dalam perkembangan evolusi manusia. Dominansi hemisfer kiri untuk perlaku berbahasa secara klinis terbukti. Penelitian neurolog Paul Broca dan Carl Wernicke, menemukan kerusakan area tertentu pada otak berhubungan dengan kehilangan kemampuan linguistik. Gangguan bahasa ini disebut afasia. Penelitian ini berfokus pada gangguan produksi bunyi ujaran pada penderita afasia karena stroke. Stroke banyak menyerang kelompok usia produksi di Indonesia. Stroke dapat menyebabkan kerusakan pada salah satu hemisfer, secara teoritis terjadinya afasia adalah 25% dari insidens stroke. Afasia karena stroke dapat menyebabkan gangguan produksi bunyi ujaran pada penderita. Penderita afasia karena stroke, dalam penelitian ini, adalah penderita afasia motorik dan afasia sensorik Hasil penelitian menunjukkan penderita afasia motorik mengalami gangguan motorik bicara sehingga mengalami gangguan produksi bunyi ujaran yang lebih berat. Penderita afasia sensorik mengalami gangguan pengertian, sehingga mengalami gangguan produksi bunyi ujaran lebih ringan. Kemampuan penderita afasia motorik untuk pengertian ujaran orang lain lebih baik, namun kemampuan penderita afasia sensorik mengalami gangguan pengertian ujaran orang lain. Perbedaan antara penderita afasia motorik dengan penderita afasia sensorik adalah penderita afasia motorik berusaha menanggapi ujaran orang lain tidak mampu menghasilkan bunyi ujaran, sedang penderita afasia sensorik merupakan tanggapan atas ujaran orang lain, meski seringkali tidak berhubungan dengan ujaran orang lain.

Human language proficiency overhauls the qualitative capabilities of human brain. As human skull developes, the brain is also enlarged, distinguishing man from animals. The brain has an important role in the development of human evolution. The dominance of the left hemisphere for language behaviour is clinically proven. Research neurologist Paul Broca and Carl Wernicke find certain areas of the brain damage is associated with the loss of linguistic abilities. This language disorder is called aphasia. This study focuses on the production of speech sound disorders in patients with aphasia due to stroke. Stroke has attacked productive age group in Indonesia. Stroke can cause damage to one hemisphere while theoretically the occurrence of aphasia is 25% of the incidence of stroke. Aphasia due to stroke can trigger disorder in patients speech sound production. Aphasia patients due to stroke in this study suffer from motor aphasia and sensory aphasia The results showed patients with motor aphasia underwent motor speech disorder that impaired worse speech sounds production. Patients with sensory aphasia encountered understanding deficiency resulting in lighter impaired speech sounds production. While motor aphasia patients ability to understand others speech is better, those suffering from sensory aphasia have difficulties in understanding others speech. The difference between the motor aphasia patients and sensory aphasia patients is that motor aphasia patients tried to respond to others speech while unable to produce speech sounds whereas patients with sensory aphasia have the ability to repond to others speech though their responses are often inappropriate.

Kata Kunci : afasia, gangguan produksi ujaran, afasia motorik, afasia sensorik,aphasia, speech production disorder, motor aphasia, sensory aphasia