KAJIAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH
SILVANA, Dr.Luthfi Muta'ali,MSP.;Dr.R.Suharyadi,M.Sc
2016 | Tesis | S2 Ilmu LingkunganKota Palu setiap tahun mengalami peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan kebutuhan pemukiman. Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Palu Tahun 2009 – 2014 adalah 2,8 persen. Pola persebaran permukiman Kota Palu masih kurang memperhatikan potensi kebencanaan, yaitu memusat pada daerah sekitar Sungai Palu (daerah perkotaan) yang rawan banjir, dan menyebar pada daerah pinggiran pantai yang rawan gelombang pasang/ tsunami. Pemenuhan kebutuhan ruang sebagai wilayah permukiman harus disesuaikan dengan daya dukung lingkungan yang dimiliki. Dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang, Pemerintah Kota Palu telah menetapkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Palu. Tujuan penelitian ini adalah : (a) mengkaji kondisi lahan untuk bermukim berdasarkan keselarasannya dengan tata ruang di Kota Palu; (b) mengkaji variasi keruangan dari kondisi daya dukung wilayah permukiman (DDPm) terhadap kondisi ketersediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) permukiman di Kota Palu; dan (c) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan permukiman di Kota Palu. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Analisis data untuk mengetahui kondisi lahan untuk bermukim dan kondisi DDPm menggunakan analisis data spasial dan matematis. Analisis data untuk mengetahui kondisi PSU permukiman menggunakan analisis data pengharkatan berjenjang tertimbang yang datanya diperoleh dari hasil wawancara dengan Lurah/Aparatur kelurahan. Analisis data untuk mengetahui variasi keruangan DDPm terhadap PSU permukiman menggunakan analisis data tabulasi silang dan spasial. Analisis data untuk merumuskan strategi pengelolaan lingkungan menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (a) terdapat 4 kelurahan di Kota Palu yang seluruh wilayahnya berada pada lahan yang tidak layak untuk bemukim yaitu Kelurahan Baru, Kamonji, Siranindi, dan Ujuna; (b) terdapat 4 tipologi permukiman di Kota Palu, yaitu tipologi 1 (kondisi DDPm tinggi, PSU permukiman baik) pada 10 kelurahan; tipologi 2 (kondisi DDPm tinggi, PSU permukiman sedang) pada 28 kelurahan; tipologi 3 (kondisi DDPm tinggi, PSU permukiman buruk) pada 1 kelurahan; dan tipologi 8 (kondisi DDPm rendah, PSU permukiman sedang) pada 6 kelurahan; dan (c) pengembangan permukiman hanya dapat dilakukan pada kelurahan di tipologi 1, 2 dan 3 dengan batasan pengembangan pada lahan yang layak untuk bermukim dan kondisi optimal daya dukung wilayah, disertai dengan upaya peningkatan ketersediaan PSU permukiman. Pada permukiman yang telah terbangun di kawasan lindung dan kawasan rawan bencana alam, dilakukan upaya adaptasi/relokasi ke wilayah yang masih memiliki daya dukung tinggi untuk mengembalikan fungsi lahan sesuai daya dukungnya
Population in Palu Municipality increases annually. The increased number of population is accompanied by the increasing need for settlement. The population growth rate in Palu Municipality of 2009-2014 was 2.8 persen. Settlement distribution pattern in Palu Municipality still less considers disaster potentials to be concentrated in urban areas around Palu River that are vulnerable to flood and spread to the coastal marginal areas that are vulnerable to tidal waves or tsunami. The meeting of need for space as settlement area should be adapted with the environment carrying capacity owned. In order to control the utilization of space, Government of Palu Municipality determined the Regional Spatial Plan of Palu Municipality. The objectives of the study are: (a) to examine the conditions of land for settlement based on its alignment with spatial order of Palu Municipality; (b) to examine spatial variation of the environmental carrying capacity of settlement area (CCSA) on the availability of settlement infrastructure, facility and utility (IFU) in Palu Municipality; and (c) to formulate the environmental management strategies for settlement in Palu Municipality. This study was conducted by a survey technique. Data analysis was carried out to examine the conditions of land for settlement and the conditions of CCSA using spatial and mathematic data. Data analysis was also carried out to examine the condition of settlement IFU using data on the weighting stratified rating that were collected from interviews with head of urban villages/apparatuses of urban villages. Data analysis was carried out to examine spatial variation of CCSA on settlement IFU using cross-tabulation and spatial data. Data analysis was carried out to formulate environment management strategies using SWOT strategy. Based on the results of the study, it can be concluded that (a) there were four urban villages in Palu Municipality whose all areas were located on lands that were not suitable for settlement, i.e. Baru, Kamonji, Siranindi, and Ujuna Urban Villages; (b) there were four typologies in Palu Municipality, i.e. rating 1 (high level of CCSA, better settlement IFU) in 10 urban villages; typology 2 (high level of CCSA, moderate settlement IFU) in 28 urban villages; typology 3 (high level of CCSA, poor settlement IFU) in 1 urban village; and typology 8 (low level of CCSA, moderate settlement IFU) in 6 urban villages; and (c) the development of settlement can only be done in urban villages of typology 1, 2 and 3 with restrictions of development on lands suitable for settlement and the optimal condition of CCSA, accompanied by the efforts of improving the availability of settlement IFU. In the settlement built in protected area and the area vulnerable to natural disaster, adaptation/relocation efforts were carried out in areas with high CCSA to recover the function of land in accordance with its carrying capacity.
Kata Kunci : Lahan untuk bermukim, daya dukung wilayah permukiman, prasarana, sarana utilitas permukiman, strategi pengelolaan lingkungan