ENKLAVE BAHASA JAWA DI KABUPATEN INDRAMAYU STUDI DIALEKTOLOGI DIAKRONIS
OKTA VIANA NURROMAH, Dr. Inyo Yos Fernandez
2016 | Tesis | S2 Ilmu LinguistikINTISARI Kabupaten Indramayu merupakan daerah kantong bahasa Jawa yang terletak di wilayah tutur bahasa Sunda. Sejarah migrasi penduduk Yogyakarta dan Jawa Tengah pada masa Mataram Baru diperkirakan menjadi alasan terjadinya enklave bahasa Jawa di Indramayu tersebut. Untuk membuktikan sejarah bahasa Jawa di Indramayu yang memiliki tanah asal bahasa Jawa dari Banyumas, penelitian ini menerapkan pendekatan Dialektologi Diakronis dengan metode kuantitatif dan kualitatif untuk mendeskripsikan relasi historis antara bahasa Jawa Indramayu dengan bahasa Jawa Banyumas. Pendekatan dialektologi diakronis dilakukan dengan menerapkan teknik dialektometri terhadap 200 kosakata dasar Swadesh yang dilengkapi dengan 251 kosakata budaya setempat dari bahasa Jawa Indramayu untuk memperoleh persentase perbedaan antar titik pengamatan sehingga diagram pohon kekerabatan secara kuantitatif dapat disusun. Selain itu, perbandingan kuantitatif dengan bahasa Jawa Banyumas dilakukan untuk melihat status kebahasaan diantara keduanya. Pendekatan dialektologi diakronis dengan metode kualitatif diterapkan untuk merumuskan korespondensi bunyi, penerapan teknik rekonstruksi terhadap Proto-Melayo-Javanic, dan penetapan inovasi dan retensi. Teknik rekonstruksi dalam penelitian ini dilakukan secara deduktif, yaitu untuk mencari refleks bahasa-bahasa pada masa kini terhadap PMJ. Hasil analisis dalam kajian ini, baik dari metode kuantitatif maupun kualitatif, menunjukkan bahwa bahasa Jawa Indramayu merupakan bagian dari bahasa Jawa, yaitu subdialek bahasa Jawa Banyumas. Berdasarkan kajian mengenai korespondensi bunyi, penerapan teknik rekonstruksi, serta penerapan inovasi dan retensi menghasilkan kesimpulan bahwa bahasa Jawa Indramayu yang terletak di Kecamatan Indramayu, Kecamatan Juntinyuat, Kecamatan Lelea, Kecamtan Cikedung, Kecamatan Haurgeulis Gantar, Kecamatan Sukra, dan Kecamatan Kandanghaur merupakan daerah konservatif, sedangkan Kecamatan Krangkeng merupakan daerah inovatif. Kata kunci: Enklave, bahasa Jawa, bahasa Jawa Indramayu, Indramayu, Dialektologi, Dialektologi Diakronis.
Indramayu regency is Javanese enclave located in the Sundanese area. This enclave in Indramayu is caused by the migration of Yogyakarta and Central Java population in Mataram Baru era. This research uses diachronic dialectology with qualitative and quantitative method to prove that the history of Javanese language in Indramayu derived from the Jawa Banyumas language. Diachronic dialectology approach applies dialectometry technique toward 200 Swadesh vocabularies completed 251 cultural vocabularies in that area. Dialectometry technique is used to get the percentage of the difference between observation places so that the family tree can be arranged quantitatively. Besides, the quantitative comparison toward Jawa Banyumas language is conducted to see the status of those languages. Qualitative method is used to formulate the sound correspondences, reconstruction technique application toward Proto Melayu Javanic, and innovation and retention. Reconstruction technique in this research is conducted deductively that is to find language reflex toward PMJ. The result of this research shows that Jawa Indramayu language is part of Javanese language, quantitatively and qualitatively. It is the sub-dialect of Jawa Banyumas language. Based on sound correspondence study, the application of reconstruction technique and innovation and retention application conclude that Jawa Indramayu language in Indramayu district, Juntinyuat district, Lelea district, Cikedung district, Haurgeulis Gantar district,Sukra district, and Kandanghaur is conservation area, meanwhile Krangkeng district is innovative area. Keywords: enclave, Javanese language, Jawa Indramayu language, Indramayu, Diactology, diachronic Dialectology.
Kata Kunci : Enklave, bahasa Jawa, bahasa Jawa Indramayu, Indramayu, Dialektologi, Dialektologi Diakronis