Laporkan Masalah

Respon Nelayan Atas Kerusakan Ekologi Teluk Palu (Studi Kasus Nelayan Di Kelurahan Mamboro Barat, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu)

YULIANTI BAKARI, Dr. Setiadi

2016 | Tesis | S2 ILMU ANTROPOLOGI

Dalam beberapa tahun terakhir ini, kerusakan ekologi mulai mengancam perairan Teluk Palu, kota Palu, provinsi Sulawesi Tengah. Perairan Teluk Palu yang selama ini diarungi untuk melanjutkan kehidupan dinyatakan dalam kondisi kritis. akibat aktivitas-aktivitas baik itu di darat maupun di laut secara intensif. Dampaknya adalah terjadi perubahan ekologi Teluk Palu terutama pada sumberdaya ikan. Di satu sisi laut merupakan tempat berbagai organisme atau biota laut yang hidup dan berkembang. Di sisi lain ada sekitar 160 nelayan tradisional yang berada di wilayah Mamboro Barat yang menggantungkan hidup dengan hasil laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa yang pertama kali menjadi korban awal atas kerusakan ekologi adalah nelayan tradisional. Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan kerangka teori yang digunakan adalah teori adaptasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kelurahan Mamboro Barat, kecamatan Palu Utara, kota Palu. Waktu penelitian dilakukan antara bulan Agustus sampai Oktober 2014. Menggunakan metode observasi partisipasi, mendengarkan (hearing), wawancara mendalam bersifat semi struktur, dokumentasi, dan kepustakaan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sejak dari dulu (turun temurun) para nelayan di kelurahan Mamboro Barat mengandalkan laut sebagai sumber penghidupannya, dimana para nelayan ini tidak hanya berkosentrasi pada usaha penangkapan ikan semata, melainkan juga pada usaha budidaya rumput laut yang merupakan sumber pengasilan tambahan para nelayan yang berada di kelurahan Mamboro. Bagi sebagian besar nelayan di Mamboro Barat saat ini, menganggap laut tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Menipisnya sumberdaya ikan, dan matinya tumbuhan rumput laut, merupakan dampak dari kerusakan ekologi (perubahan ekologi) yang terjadi di pesisir pantai Teluk Palu. Menyikapi situasi ekologi tersebut, sebagian besar nelayan terpaksa harus beralih pekerjaan di luar sektor perikanan. Baik secara permanen maupun semi permanen sebagai kuli bangunan di pagi-siang hari, malamnya tetap menangkap ikan. Hal tersebut dilakukan agar dapat memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup mereka. Sementara, nelayan yang enggan beralih pekerjaan sebagai nelayan atau masih mengandalkan laut sebagai sumber penghasilan pokok, melakukan berbagai upaya untuk dapat melangsungkan kehidupannya dengan berbagai siasat atau strategi diantaranya: 1) strategi meningkatkan hasil pendapatan melalui yaitu a) berpindah lokasi penangkapan ikan; c) ganti musim ganti alat tangkap; d) menambah ukuran alat tangkap; e) pemasaran ikan. Disamping hasil temuan tersebut, para nelayan juga melakukan upaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari kerusakan ekologis. Yaitu upaya dalam mempertahankan pemanfaatan sumberdaya laut dengan melakukan a) tindakan aktif perlawanan dari gangguan pihak luar yang mengancam kelangsungan sumberdaya ikan, b) nelayan yang awalnya terbiasa menggunakan alat tangkap bagang modern, terpaksa mengambil keputusan untuk kembali menggunakan alat tangkap tradisional menyesuaikan dengan kelompok nelayan lokal yang terlebih dahulu menggunakan alat tangkap tradisional.

In recent years, the ecological damage began to threaten Gulf waters Palu, Palu, Central Sulawesi province. Palu Gulf waters that have been declared navigable to resume life in critical condition. due to activities both on land and at sea intensively. The impact is a change in the ecology of the Gulf of Palu mainly on fish resources. On one side is a wide range of marine organisms or marine life that live and thrive. On the other hand there are around 160 traditional fishermen who are in the region who depend West Mamboro with seafood. This study aims to determine why that first become victims early on ecological damage is a traditional fishing. Methodologically, this study used a qualitative descriptive approach, with the theoretical framework used was the theory of adaptation. This research was conducted in the village Mamboro West, North Palu subdistrict, Palu. Time of this study was conducted between August and October 2014. Using the method of participatory observation, listening (hearing), are semi-structured in-depth interviews, documentation, and literature. From the research found that since the first (hereditary) of the fishermen in the village Mamboro West rely on the sea as a source of livelihood, where fishermen are not just concentrate on fishing effort alone, but also on the cultivation of seaweed which is a source of additional income the fishermen who were in the village Mamboro West. For most fishermen in Mamboro West, considers the moment, the sea is no longer able to meet their needs, the more difficult because the fishermen catch fish and seaweed that are so depleted dead disease (virus). Addressing the ecological situation is most fishermen are forced to switch jobs outside the fisheries sector either permanently or semi-permanently as construction laborers in the early afternoon, in the evening still catch fish. This is done in order to satisfy and meet the needs of their lives. Meanwhile, the fishermen were reluctant to switch jobs as fishermen or still rely on the sea as a source of income subject, to make efforts to establish a life with a variety of tactics or strategies include: 1) a strategy to increase revenue through, namely: a) move the location of fishing; c) replace the seasons change gear; d) increase the size of fishing gear; e) the marketing of fish. 2) maintaining the utilization of marine resources by: a) active actions of resistance from outside interference that threatens the survival of fish resources, b) fishermen originally used to use fishing gear bagang modern, forced to take the decision to re-use the fishing gear traditionally adapts to groups of fishermen Local beforehand using traditional fishing gear.

Kata Kunci : nelayan,kerusakan ekologi Fishing, Teluk Palu/Fishing,The Ecological Damage, The Palu Gulf

  1. S2-2016-291321-abstract.pdf  
  2. S2-2016-291321-bibliography.pdf  
  3. S2-2016-291321-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2016-291321-title.pdf