Laporkan Masalah

PENGARUH TERAPI PEMAAFAN TERHADAP PENERIMAAN DIRI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

ARDIAN PRAPTOMOJATI, Prof. Drs. Subandi, M.A., Ph.D.

2016 | Tesis | S2 Psikologi Profesi

Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) seringkali memunculkan dampak emosi, pikiran, dan perilaku yang negatif sehingga hal ini tentunya mempengaruhi penerimaan diri Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Ketika WBP tidak mampu menerima kondisi dirinya, maka kualitas hidup dan adaptasi diri yang dimilikinya juga akan rendah. Penerimaan diri meliputi sikap terbuka terhadap setiap pengalaman, mampu menerima setiap kelemahan dan kelebihan, rasa berharga, serta bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri. Beberapa penelitian mengenai Terapi Pemaafan telah diterapkan untuk meningkatkan penerimaan diri pada subjek dewasa pada umumnya, namun belum banyak yang meneliti pada WBP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Terapi Pemaafan terhadap peningkatan penerimaan diri WBP dewasa laki-laki. Subjek dalam penelitian adalah 7 orang WBP dewasa laki-laki dengan skor penerimaan diri yang rendah. Metode yang digunakan adalah eksperimen kuasi desain one group pretest-posttest design dengan 3 kali pengukuran yaitu sebelum intervensi, sesudah intervensi, dan tindak lanjut 1 minggu setelah intervensi. Instrumen yang digunakan meliputi Skala Pemaafan, Skala Penerimaan Diri, dan Checklist Self-Report. Analisis statistik paired sample t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan skor sebelum dan setelah intervensi. Deskripsi kualitatif berdasarkan dokumen dan wawancara yang diperoleh selama proses terapi dan tindak lanjut digunakan sebagai data tambahan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh Terapi Pemaafan terhadap peningkatan penerimaan diri WBP. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan penanganan dan pengembangan program kesehatan mental di Lembaga Permasyarakatan.

The prison environment often creates negative emotions, thoughts, and behaviors so that it will impact the self-acceptance of the prisoners. When the prisoners are not able to accept themselves, their quality of life and self-adaptation will be low. Self-acceptance includes a free attitude toward every experience, able to accept any weakness and strengths, sense of worth, and responsible for all of their actions. There are many researches on Forgiveness Therapy that focusing to increase self-acceptance in adults in general, but there is still a few researches who is focus on prisoners. This study aimed to investigate whether Forgiveness Therapy could improve self-acceptance of the adult male prisoners. Subjects in this study were 7 adult male prisoners who had low score of self-acceptance. Quasi experiment method with one group pretest-posttest design was employed, with 3 times of the measurement (before the intervention, after the intervention, and follow-up 1 week after the intervention). The research instruments were Forgiveness Scale, Self-Acceptance Scale, and Checklist Self-Report. The hypothesis was Forgiveness Therapy could increase self-acceptance of the prisoners. The statistical analysis of paired sample t-test was applied to see the pretest, posttest, and follow up test score difference. Qualitative descriptive based on documents and interview obtained during the process of therapy and follow-up were used for the additional data. The statistical analysis revealed that Forgiveness Therapy could improve self-acceptance of the prisoners. Results were expected to be used as the basis of treatment and the development of mental health programs in Correctional Institutions.

Kata Kunci : forgiveness therapy, self-acceptance, prisoner